Suara.com - Seiring dengan penyebaran virus corona yang semakin luas dan masif, para ilmuwan di Houston, AS, menemukan bahwa virus corona (SAR-CoV2) telah bermutasi terus menerus. Dan hal ini diduga membuat virus tersebut menjadi lebih menular dibandingkan sebelumnya.
Dalam studi yang dirilis minggu lalu, para ilmuwan memaparkan 5.000 urutan genetik virus corona yang menunjukkan akumulasi mutasi virus yang terus-menerus, salah satunya mungkin yang membuatnya menjadi semakin mudah menular.
Namun, laporan baru tidak menemukan bahwa mutasi ini membuat virus lebih mematikan atau mengubah hasil klinis. Semua virus mengakumulasi mutasi genetik, dan kebanyakan tidak signifikan, demikian dikatakan para ilmuwan, seperti dilaporkan oleh Washington Post, dikutip dari Antara.
Virus corona seperti SARS-CoV-2 relatif stabil seiring penyebarannya, karena memiliki mekanisme mengoreksi diri saat bereplikasi. Tetapi, setiap mutasi memiliki banyak kemungkinan, dan dengan penularan yang begitu luas di Amerika Serikat—dengan pertambahan puluhan ribu infeksi baru setiap harinya—virus telah memiliki banyak peluang untuk berubah, berpotensi dengan konsekuensi yang merepotkan, demikian menurut studi tersebut.
Studi baru, yang belum ditinjau sejawat, telah diunggah di MedRxiv. Tampaknya ini menjadi agregasi tunggal terbesar dari urutan genetik virus di Amerika Serikat sejauh ini.
Sekumpulan urutan yang lebih besar diterbitkan awal bulan ini oleh para ilmuwan di Inggris, dan, seperti studi Houston, menyimpulkan bahwa mutasi yang mengubah struktur “spike protein” di permukaan virus mungkin mendorong penyebaran yang terlalu besar.
David Morens, ahli virologi di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), meninjau studi baru dan mengatakan temuan menunjukkan kemungkinan kuat bahwa virus, karena telah berpindah melalui populasi, menjadi lebih mudah menular, dan ini “mungkin memiliki implikasi pada kemampuan para ilmuwan untuk mengontrolnya.”
Morens mencatat bahwa ini adalah studi tunggal, dan "Anda tidak ingin menafsirkan secara berlebihan apa artinya ini". Tetapi virus, katanya, berpotensi merespons—melalui mutasi acak—terhadap intervensi seperti pemakaian masker dan jarak sosial.
“Mengenakan masker, mencuci tangan, semua itu adalah penghalang penularan, tetapi karena virus menjadi lebih menular, secara statistik lebih baik untuk meningkatkan hambatan itu,” kata Morens, penasihat senior Anthony S. Fauci, direktur NIAID.
Baca Juga: Anaknya Dibiarkan Mimisan usai Tes Swab Hidung, Ibu Balita Ini Tidak Terima
Tentu saja hal ini berimplikasi pada formulasi vaksin, kata Morens. Ketika orang memperoleh kekebalan, baik melalui infeksi atau vaksin, virus dapat berada di bawah tekanan selektif untuk menghindari respons kekebalan manusia.
"Meskipun kita belum tahu, masih ada kemungkinan bahwa virus corona ini, ketika kekebalan tingkat populasi kita cukup tinggi, virus corona ini akan menemukan cara untuk menghindari kekebalan kita," kata Morens.
“Jika itu terjadi, kita akan berada dalam situasi yang sama seperti flu. Kami harus mengejar virus dan, saat virus bermutasi, kami harus mengutak-atik vaksin kami," lanjutnya.
Peter Thielen, ahli biologi molekuler di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins, mengatakan para ilmuwan perlu terus mempelajari virus untuk melihat apakah mutasi baru yang diidentifikasi oleh peneliti Houston mengubah 'kekuatan' virus, dan apakah penularan SARS-CoV -2 benar-benar meningkat sebagai hasil dari mutasi ini.
Di Houston, para peneliti mengelompokkan pola penyebaran virus corona, di mana mereka menemukan pola penyebaran yang berbeda dari ketika awal virus menjangkiti warga kota hingga sekarang ini. Gelombang pertama, virus hanya menjangkiti orang kalangan atas (kaya) dan lebih tua, sedangkan gelombang kedua mulai banyak menjangkiti orang muda dan yang berpenghasilan rendah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental