Suara.com - Tahi lalat adalah sekumpulan sel melanosit kulit yang bersatu, lalu membentuk warna yang lebih terang atau lebih pekat di kulit dibanding warna kulit yang normal. Letak tahi lalat bisa di bagian terluar, di tengah, hingga di bawah kulit.
Biasanya, bentuk tahi lalat cenderung menonjol di banding permukaan kulit yang normal. Lalu, bagaimana tahi lalat terbentuk?
Dokter Spesialis Kulit Henry Tanojo, Sp.KK menjelaskan jika tahi lalat terbentuk karena faktor keturunan atau faktor genetik dari kedua orangtua yang memiliki banyak tahi lalat.
"Dikatakan ada ras atau suku tertentu yang memang mempunyai jumlah tahi lalat lebih banyak dibandingkan suku lain. Tapi juga ada teori dari suku lain rasnya turunan dari orangtua yang hormon mempunyai tahi lalat banyak. Biasanya pada turunannya mempunyai jumlah tahi lalat yang lebih banyak," ujar dr. Henry dalam acara LIVE IG Perdoski, Jumat (25/9/2020) malam.
Tapi selain faktor genetik, tahi lalat juga bisa dipicu dari paparan sinar ultraviolet dari sinar matahari. Tahi lalat sendiri selama ia tenang dan sifatnya tidak menganggu, berarti ia hanya murni tahi lalat dan tidak menyebabkan sakit lain.
Memiliki tahi lalat bukanlah kecacatan jika tidak menganggu kesehatan, sehingga tahi lalat tidak wajib dihilangkan. Namun, ada juga beberapa orang yang tetap pilih menghilangkan tahi lalat dengan alasan kecantikan, bukan alasan medis yang membahayakan kesehatan.
"Kebanyakan alasan estetik, demi penampilan, alasan insecurity kena bully dengan teman-teman. Ada juga alasan yang lucu, itu alasan fengshui yaitu mengaitkan lokasi tahi lalat dengan keberuntungan. Kalau alasan itu, bukan alasan medis, itu alasan individu," kaya dr. Henr.
Sedangkan untuk alasan medis, tahi lalat perlu dihilangkan jika kategorinya masuk tahi lalat ganas. Di mana tahi lalat itu tidak lagi diam, dan menunjukkan tanda perubahan baik dari sisi warna, bentuk, hingga mengganggu kesehatan.
"Jika dia benar-benar ganas, kalau sudah menunjukkan tanda perubahan dari awalnya lunak-lunak, santai-santai, tiba-tiba dia bukan yang baik tapi ternyata salah satu yang jahat," tutupnya.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Tanda Lahir
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!