Suara.com - Data Bappenas mentaksir -- jika tidak diintervensi -- jumlah perokok di Indonesia hingga 2030 bisa mencapai 16 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Padahal dampaknya bukan hanya menyedot anggaran pemerintah untuk mengobati rakyat yang sakit akibat rokok, tapi juga mengancam generasi penerus Bangsa karena banyak anak yang terganggu pertumbuhannya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan (P2PT) dr. Cut Putri Ariani, MH.Kes memaparkan dari data anak yang mengalami stunting atau kurang gizi kronik, 5,5 persennya disebabkan oleh orangtua perokok.
"Anak yang stunting 5,5 persennya disebabkan dari orangtua perokok, hal ini berdasarkan kajian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI)," ujar Cut Putri dalam webinar 'Faktor Pengurangan Risiko Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) untuk Penerapan di Indonesia', Senin (28/9/2020).
Stunting adalah kondisi anak gagal tumbuh baik secara fisik maupun perkembangan otak akibat kekeurangan gizi dalam waktu yang lama.
Lebih lanjut Cut Putri juga mengungkap data Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati bahwa rokok masuk dalam daftar belanja konsumsi kedua terbesar setelah beras di kelompok keluarga miskin.
"Jadi artinya orang Indonesia itu lauk pauknya adalah rokok," ungkapnya.
Mirisnya angka itu memperlihatkan bagaimana perokok dari keluarga miskin lebih banyak dibanding perokok pada keluarga kaya.
Dikatakan, ada 27. 3 persen perokok dari kelompok penduduk miskin dan 19,5 persen perokok dari kelompok penduduk kaya.
Baca Juga: Jumlah Perokok Anak di Indonesia Meningkat, Ini Dua Penyebabnya
Di sisi lain, Cut juga menyinggung dalih rokok swbagai sumber devisa Indonesia. Ia mencatat, pendapatan yang didapat negara dari rokok tidak sebanding dengan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan negara untuk mengobati rakyatnya yang sakit karena rokok.
"Ini data JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) 2019, ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh rokok berhubungan dengan jantung, stroke, dan lain sebagainya. Membuat JKN semakin terbebani penyakit tidak menular. Rokok mengancam secara universal, di mana dana yang cukup besar tersedot," terang dia.
"Dan kepatuhan perokok untuk membayar iuran JKN lebih kecil dibanding ia mau membeli rokok," sambungnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?