Suara.com - Pandemi Covid-19 membuat lebih banyak orang mengalami gangguan kesehatan mental, tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga mengalaminya. Sayangnya, di saat anak membutuhkan perawatan kesehatan mental, banyak dari mereka yang tidak mendapatkannya.
Mengutip Medical Daily, Kamis (1/10/2020), penelitian yang diterbitkan Proceedings of the National Academy of Sciences yang menjangkau lebih dari 200.000 asuransi Blue Cross Shield untuk anak berusia 10 hingga 17 tahun, menemukan hanya 1 dari 10 anak yang mendapat perlindungan perawatan kesehatan mental selama 2012 hingga 2018. Mirisnya lagi, meski terdaftar asuransi, hanya 71 persen dari anak tersebut yang menerima perawatan lanjutan setelah mereka mengklaim asuransinya.
Penelitian dilakukan Departemen Ekonomi dan Pusat Kesehatan dan Kesejahteraan Universitas Princeton, mengamati anak-anak yang tinggal di Princeton saat mendapat perawatan kesehatan mental.
"Perawatan dan pengobatan anak-anak dan remaja memang berbeda berdasarkan gejala, kebutuhan klinis, dan rencana perawatan yang diperlukan" terang Annie M. Varvaryan, PsyD Psikolog Klinis Couch Conversations Psychotherapy and Counseling, Inc., Burbank, California.
Oleh karena itu, kata Dr. Annie, anak-anak atau pengasuh mereka harus mengetahui informasi tentang perawatan lanjutan, sehingga pengobatan bisa dilakukan hingga selesai.
Kurangnya perawatan kesehatan mental, peneliti berhipotesis, ini terjadi karena masih sedikitnya layanan kesehatan mental untuk anak dan remaja. Malah akhirnya dokter anak yang turun tangan menangani masalah kesehatan mental anak dan menjadikan perawatannya tidak spesifik.
"Punya hubungan baik dengan dokter anak, sehingga dianggap lebih mudah meminta dokter anak menangani gejala kesehatan mental daripada bertemu psikiater," terang Dr. Annie.
Faktor penting lainnya mungkin terkait dengan jenis perlindungan medis yang dimiliki keluarga ini. Dengan berfokus pada anak-anak yang memiliki perlindungan asuransi, penelitian tersebut mengesampingkan kurangnya asuransi sebagai satu-satunya penjelasan untuk perbedaan tersebut. Padahal pertanggungan asuransi mungkin tidak mencakup layanan kesehatan mental untuk terapi atau manajemen pengobatan.
Solusi lain termasuk pendidikan. “Tampaknya ada kekurangan pendidikan dan sumber daya yang tersedia untuk anak-anak, remaja, dan pengasuh serta anggota keluarga mereka tentang gejala apa yang harus diwaspadai (kesedihan, air mata, stres dan kekhawatiran), dan bagaimana mengakses sumber daya jika diperlukan," tutup Dr. Annie.
Baca Juga: Terkait Masalah Otak, Flu Bisa Bikin Linglung dan Perparah Depresi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat