Suara.com - Para ilmuwan telah mencoba memahami mengapa Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, mempengaruhi pria lebih parah daripada perempuan
Penelitian sebelumnya telah menemukan petunjuk adanya antibodi, serta respons imun pada kedua jenis kelamin. Dua studi terbaru menawarkan penjelasan lebih lanjut.
Kedua makalah yang diterbitkan dipresentasikan pada Konferensi ESCMID tentang Penyakit Coronavirus (ECCVID), yang berlangsung secara online dari 23-25 September, lapor EurekAlert.
Salah satunya adalah penelitian di Jerman yang menegaskan bahwa pria memiliki risiko kematian terkait Covid-19 yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, dan peneliti menemukan bahwa hal ini mungkin terkait dengan tingkat peradangan yang lebih tinggi pada pria.
Karena jumlah kematian akibat COVID-19 mencapai hampir satu juta, para ahli mengatakan kemungkinan satu juta lagi bisa meninggal karena penyakit sebelum vaksin ditemukan.
Studi kedua oleh para peneliti dari Belanda menjelaskan bahwa kematian akibat Covid-19 pada pria dapat dijelaskan oleh perbedaan protein yang beredar dan sel sistem kekebalan.
Penelitian di Jerman, yang dipimpin oleh Dr Frank Hanses dari University Hospital Regensburg di Jerman, dan rekannya, menunjukkan bahwa pria memiliki 62 persen peningkatan risiko kematian terkait Covid-19 dibandingkan dengan perempuan. Ini setelah disesuaikan dengan berbagai faktor.
Untuk studi mereka, tim mengambil data dari multisenter internasional Lean European Open Survey on SARS-CoV-2-Infected Patients (LEOSS), yang dibuat selama pandemi Covid-19.
Mereka kemudian menilai 3.129 pasien dewasa dengan Covid-19 yang terdaftar antara Maret dan Juli 2020, dan menggambarkan manifestasi klinis Covid-19 dalam empat fase:
Baca Juga: Kabar Baik! Jumlah Pasien Sembuh Covid-19 di Sumut Jadi 7.667 Orang
- Tidak rumit (gejala asimtomatik / ringan)
- Rumit (perlu suplementasi oksigen)
- Kritis (perlu perawatan kritis)
- Pemulihan
Gejala pasien, tanda vital, penanda inflamasi, dan intervensi terapeutik juga dipelajari selama semua fase. Para peneliti mencatat bahwa perkembangan ke fase kritis (masuk ICU) terlihat lebih sering pada pria daripada perempuan (30,6 persen vs 17,2 persen). Rata-rata lama perawatan di rumah sakit juga lebih lama pada pasien pria (15,4 vs 13,3 hari).
Pria juga memiliki penanda inflamasi yang lebih tinggi secara signifikan di semua fase penyakit, para peneliti menambahkan, dan selanjutnya berkomentar:
“Pria lebih mungkin berkembang ke fase kritis Covid-19. Pria memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi serta lebih sering masuk ICU dan lebih lama tinggal di rumah sakit, yang semuanya dikaitkan dengan parameter inflamasi yang lebih tinggi selama semua fase Covid-19.
"Dalam kohort kami, efek ini tidak dijelaskan oleh perbedaan komorbiditas, usia atau BMI antara pasien pria dan perempuan."
Tim menyimpulkan bahwa studi lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya membuat pria lebih rentan terhadap Covid-19 diperlukan, karena para ilmuwan belum mengetahui faktor biologis, atau mungkin sosial, yang menyebabkan perbedaan mencolok ini.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat