Suara.com - Anak-anak yang mengalami pubertas lebih dini daripada teman sebayanya memiliki risiko lebih tinggi melakukan tindakan melukai diri sendiri. Hal ini dinyatakan oleh sebuah studi yang terbit pada jurnal Epidemiology & Psychiatric Sciences.
Melansir dari Medicalxpress, temuan ini dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi anak laki-laki serta anak perempuan yang berisiko lebih tinggi melukai diri sendiri.
Tim peneliti memeriksa data pada lebih dari 5.000 orang. Mereka menemukan bahwa pubertas lebih awal pada anak laki-laki dan perempuan dikaitkan dengan risiko lebih tinggi melakukan aksi melukai diri sendiri pada usia 16 tahun.
Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa remaja yang mengalami pubertas lebih dini berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa anak perempuan yang mengalami pubertas lebih awal memiliki risiko lebih tinggi untuk menyakiti diri sendiri.
Dalam studi ini, para peneliti menunjukkan bahwa rata-rata pubertas dini terjadi pada anak perempuan berusia sekitar 11,8 tahun sementara pada anak laki-laki 13,5 tahun. Studi ini juga memeriksa kuesioner mengenai laporan peserta pada usia 16 dan 21 tahun untuk menilai apakah ada tindakan menyakiti diri sendiri.
Hasilnya, satu dari sepuluh (10 persen) anak laki-laki dengan pubertas dini melakukan tindakan melukai diri pada umur 16 tahun. Angkanya lebih tinggi pada perempuan di mana satu dari empat (25 persen) dari mereka melakukan tindakan melukai diri sendiri.
Pada usia 21 tahun, proporsi laki-laki melakukan tindakan melukai diri sendiri berkisar antara 28 persen dan proporsi perempuan 35 persen.
"Ada bukti bahwa menyakiti diri sendiri menjadi lebih umum pada orang muda, jadi penting untuk mengidentifikasi faktor yang terkait dengan tindakan menyakiti diri sendiri sehingga kami dapat memberikan bantuan lebih awal kepada orang-orang yang mungkin paling berisiko," kata Elystan Roberts, peneliti di University of Bristol dan NIHR Bristol BRC, dan penulis utama penelitian.
Menurut Dr. Becky Mars, Peneliti di Epidemiologi dalam Ilmu Kesehatan Populasi di Fakultas Kedokteran Universitas Bristol menambahkan bahwa melukai diri sendiri bisa disebabkan oleh faktor biologis seperti perkembangan saraf, perubahan hormon, faktor psikososial seperti perundungan, penggunaan narkoba, hingga depresi.
Baca Juga: Komplikasi Virus Corona, Ahli Inggris Sebut Pasien Bisa Alami Psikosis
"Setelah kami memiliki pemahaman yang lebih baik tentang alasan mengenai hubungan antara pubertas dini dan melukai diri sendiri, maka intervensi dapat dirancang untuk membantu mengurangi risiko mereka," ujar Mars.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja