Suara.com - Tepat hari ini, dunia tengah memperingati No Bra Day atau Hari Tanpa Bra. Peringatan itu ditujukan sebagai bagian dari kampanye kepedulian terhadap bahaya kanker payudara dan juga kanker yang dapat dicegah. Sasaran utamanya ditujukan kepada perempuan untuk belajar mengenali tanda-tanda peringatan dini dalam melawan kanker, terutama kanker payudara.
Hingga saat ini, kampanye No Bra Day mungkin juga belum diketahui secara luas, termasuk di Indonesia. Di Twitter, tak sedikit warganet baru mengetahui bahwa setiap 13 Oktober diperingati sebagai No Bra Day.
Unggahan lainnya, banyak juga warganet yang meluruskan bahwa esensi No Bra Day bukan untuk mengirimkan foto atau post a picture (pap) payudara perempuan kepada pria.
"#NoBraDay itu memperingati hari kanker payudara sedunia, bukannya lo minta pap cewe lo ga pakai bra, nggak gitu konsepnya, bambank," tulis akun @Lensarusak.
"Di balik #NoBraDay, sebenarnya bukan soal pap tt, tapi ada pesan agar kita lebih tau soal kanker payudara. Memang kontroversif karena kesannya nonjolin (no pun intended) keseksian, tapi bikin diskusi, dan orang jadi beralih untuk mengetahui info soal bahaya kanker payudara." tulis akun @FriendlyFrost.
"Padahal #NoBraDay itu tentang awareness kanker payudara lho, jangan dibuat bercandaan ya? apalagi bercandaan pap tt segala macem itu" cuit akun @atthapcial.
Tagar No Bra Day juga dimanfaatkan warganet untuk memberi semangat kepada sesama perempuan yang tengah melawan kanker payudara.
Seperti ditulis akun @lustymatcha, "Happy #NoBraDay untuk para penyintas kanker payudara dan semua perempuan hebat di luar sana! Kita perempuan berhak atas pengetahuan mengenai bagaimana menjaga dan merawat payudara kita, and it's not taboo!".
Dalam sejarahnya, No Bra Day dikampanyekan di Amerika Serikat sejak 2011 melalui media sosial. Lalu meluas ke penjuru dunia setelah diserukan situs Perancis Boobstagram yang mengusung misi "Tampilkan payudara Anda di web, untuk menunjukkan kepada dokter Anda ini lebih baik".
Baca Juga: Benarkah Ukuran Payudara Bisa Tingkatkan Risiko Kanker? Begini Kata Studi
No Bra Day sengaja digalakkan di bulan Oktober yang dikenal sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara. Namun di awal kemunculannya gerakan No Bra Day memicu berbagai kontroversi. Karena menilai kampanye itu terlalu vulgar dan merusak image kepedulian akan kanker payudara. Terlebih saat para wanita memamerkan foto mereka yang bertelanjang dada di media sosial. Hal itu dianggap sebagai wujud eksploitasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit