Suara.com - Berhubungan seks merupakan salah satu cara pasangan untuk lebih dekat satu sama lain. Tidak heran jika hilangnya minat seks suami kadang membuat sang istri curiga dan berpikiran macam-macam.
"(Stigma) masyarakat membuat kita berpikir bahwa itu adalah hal yang tidak normal jika seorang pria tidak menginginkan seks sepanjang waktu," kata terapis pasangan yang berbasis di New York Cynthia Pizzulli, PhD.
Tapi kenyataannya, keintiman seksual itu normal untuk berubah dalam hubungan apa pun, terutama hubungan jangka panjang seperti pernikahan.
Hal terpenting jika sang suami sering menghindari berhubungan seks dan akibatnya berdampak negatif, istri harus mengidentifikasinya sebagai masalah bersama dan mencari solusinya.
"Kurangnya keintiman seksual adalah masalah pasangan, bukan masalah individu," sambung Pizzulli.
Dilansir Prevention, berikut kemungkinan alasan suami tidak mau diajak berhubungan seks:
1. Adanya hal lain yang lebih ia prioritaskan
Menurut Pizzulli, setelah menikah dan seks menjadi hal yang tidak terlalu baru, biasanya pria mengalihkan fokus dan prioritas mereka ke hal-hal lain.
"Jadi mungkin Anda akan tetap berhubungan seks, tetapi fokus utamanya sekarang adalah bekerja. Dan bagi banyak pria, pekerjaan menjadi pusat siklus hidup mereka saat mereka berusaha menghidupi keluarga."
Baca Juga: Jaga Kesehatan! 5 Penyakit Ini Bisa Merusak Kehidupan Seksual
Kuncinya di sini adalah menormalkan fakta bahwa prioritas pasti berubah sepanjang masa hidup. Jika ini masalahnya, bangun suasana hati sang suami dengan memberi kejutan, salah satunya bisa dengan kencan romantis.
2. Memiliki masalah kesehatan
Sama seperti wanita, seiring bertambahnya usia pria, risiko mereka terhadap kondisi kesehatan tertentu meningkat. Misalnya, disfungsi ereksi dan kanker prostat, yang keduanya berdampak serius pada kehidupan seks.
"Hal pertama yang harus kita pahami adalah bahwa seks bukan hanya seks penetrasi," kata Pizzulli.
Jadi, ketika pasangan mendapat diagnosis yang dapat memengaruhi kehidupan seks, hal pertama yang perlu dilakukan adalah membantu mereka mendapatkan perhatian medis yang mereka butuhkan dan memberikan dukungan.
Setelah masalah medis ditangani, pasangan dapat mulai menemukan cara baru untuk mencapai tingkat keintiman seksual yang memuaskan dengan bereksperimen sendiri atau bertemu dengan terapis pasangan demi membantu menemukan metode baru.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
-
Pidato Perpisahan Sri Mulyani: Hormati Ruang Privacy Kami!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien