Suara.com - Studi baru menunjukkan bahwa perempuan usia 50 tahun ke bawah lebih mungkin meninggal dalam beberapa tahun setelah terkena serangan jantung daripada pria. Penelitian ini telah diterbitkan dalam European Heart Journal.
Melansir dari Independent, kondisi tersebut bisa dipicu karena faktor risiko merokok, diabetes, depresi, dan psikososial yang memiliki efek lebih buruk pada perempuan ketimbang laki-laki.
Penulis utama Profesor Ron Blankstein dari Harvard Medical School di Amerika Serikat mengatakan bahwa kemungkinan terkena serangan jantung pada perempuan di usia muda lebih kecil daripada laki-laki. Tetapi risiko meninggal di tahun-tahun berikutnya akibat serangan jantung pada perempuan malah lebih tinggi.
"Perempuan yang mengalami serangan jantung pada usia muda sering kali hadir dengan gejala yang sama pada pria, namun mereka lebih mungkin menderita diabetes, memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah dan pada akhirnya lebih memicu kematian," kata Profesor Ron Blankstein.
Penelitian ini mengamati 404 perempuan dan 1.693 laki-laki yang mengalami serangan jantung antara tahun 2000 hingga 2016.
Mereka menemukan bahwa dibandingkan dengan laki-laki, perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk menerima prosedur invasif terapeutik setelah masuk ke rumah sakit akibat serangan jantung. Perempuan juga lebih sedikit mendapatkan terapi medis tertentu, seperti aspirin, beta-blocker, ACE inhibitor dan statin.
Gejala yang paling umum serangan jantung baik pada laki-laki atau perempuan adalah nyeri dada yang terjadi pada hampir 90 persen pasien. Tetapi perempuan lebih cenderung mengalami gejala lain, seperti kesulitan bernapas, jantung berdebar, dan kelelahan.
Dokter Marysia, asisten profesor kedokteran di Mayo Clinic College of Medicine and Science,di Minnesota, menunjukkan bahwa depresi dua kali lebih umum di antara wanita dalam penelitian dibandingkan pria.
"Padahal wanita muda dengan depresi enam kali lebih mungkin menderita penyakit jantung koroner dibandingkan wanita tanpa depresi," tulisnya di Twitter.
Baca Juga: Sering Dijadikan Pengharum Kue, Ketahui Manfaat Kesehatan Daun Pandan!
"Studi ini menunjukkan kebutuhan yang berkelanjutan untuk mempelajari dan meningkatkan lintasan insiden dan mortalitas penyakit kardiovaskular pada kaum muda, terutama wanita," tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis