Suara.com - Seorang pasien virus corona Covid-19 meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif selama 60 hari dan sempat dinyatakan sembuh.
Awalnya, Roehl Ribaya, pasien virus corona Covid-19 itu bertahan hidup selama 48 hari dengan alat bantu ventilator di Rumah Sakit Blackpool Victoria. Ia kemudian 12 hari menjalani rawat inap di bangsal biasa sebelum akhirnya diizinkan pulang pada 14 Agustus 2020.
Tapi, insinyur kedirgantaraan Filipina ini tidak pernah sembuh total dari gejala virus corona Covid-19. Ia pun meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung pada 13 Oktober 2020.
Penyebab kedua kematian pria itu adalah fibrosis paru pascara terinfeksi virus corona Covid-19 atau dikenal dengan gejala long Covid-19.
"Dia merasa sangat sesak sepanjang waktu.Kami berharap semua orang ikuti protokol kesehatan yang disarankan untuk menghentikan virus corona. Kami tidak ingin ada yang mati lagi," kata perawat Stella Ricio-Ribaya yang tinggal di St Annes di Lancashire dikutip dari The Sun.
Menurutnya, pasien bisa mengalami efek jangka panjang setelah dinyatakan sembuh dari virus corona Covid-19 dan hidupnya tidak akan normal kembali. Seseorang akan merasa napasnya menjadi lebih sulit dan seringkali telat dilarikan ke rumah sakit.
"Covid-19 adalah silent killer, yang bisa mengambil nyawa semua orang dari segala usia," jelasnya.
Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa 75 persen pasien yang dirawat di rumah sakit dengan virus corona Covid-19 terus menderita masalah yang berkelanjutan.
"Layanan kesehatan dan perawatan sosial belum dilengkapi untuk mendukung orang yang hidup dengan virus corona Covid-19. Staf membutuhkan informasi dan pendidikan yang lebih baik tentang efek jangka panjang," jelas National Institute for Health Research.
Baca Juga: Peneliti Sebut Masker dan Jaga Jarak Tak Cukup untuk Cegah Virus Corona
Adapun beberapa gejala Covid-19 panjang menurut pendiri Post Covid Syndrome Group, Claire Hastie, antara lain:
- Rambut rontok
- Suhu tinggi
- Diare
- Kelelahan
- Nyeri dada
- Insomnia
- Disorientasi
- Masalah kognitif
- Sakit otot dan badan
- Denyut jantung lebih dari 100 kali per menit
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah