Suara.com - Dalam kasus pengujian virus corona yang berisiko tinggi, positif palsu meski tidak dinilai lebih buruk dari negatif palsu, tetap saja akan memberi dampak buruk.
Positif palsu, yang secara keliru mengidentifikasi orang sehat sebagai orang yang terinfeksi virus, dapat menimbulkan konsekuensi serius, terutama di wilayah dengan kasus Covid-19 langka.
Dilansir New York Times, di wilayah di mana virus relatif langka, hasil positif palsu bahkan mungkin melebihi jumlah positif akurat.
Hal ini mengikis kepercayaan pada pengujian dan, dalam beberapa keadaan, memicu wabah sendiri.
Dampak dari positif palsu pengujian virus corona termasuk:
- Isolasi yang tidak perlu
Menurut pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), orang yang dites positif harus segera mengisolasi diri setidaknya selama 10 hari setelah gejala dimulai (jika mereka mengalami gejala).
Artinya, mereka menghabiskan waktu 10 hari untuk jauh dari teman dan keluarga, dan 10 hari itu potensi produktivitas di sekolah atau tempat kerja mereka hilang.
- Wabah baru
Baca Juga: Airlangga Bantah Pemerintah Batal Beli Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Dalam keadaan tertentu, positif palsu dapat menjadi bibit kasus virus corona jenis baru.
Tempat fasilitas publik yang padat, seperti panti jompo, penjara, atau rumah sakit, dibuat untuk mengisolasi orang-orang positif virus corona.
"Jika seseorang tidak benar-benar positif, kami dapat mengirim mereka ke lubang kematian," kata Valerie Fitzhugh, ahli patologi di Universitas Rutgers di New Jersey.
- Perawatan yang terlewat atau tidak tepat
Orang dengan flu atau Covid-19 sering menunjukkan gejala serupa, tetapi mungkin hanya dites untuk satu gejala pada satu waktu.
Jika pasien diberi diagnosis Covid-19 yang salah, orang tersebut dapat kehilangan perawatan yang dapat meringankan penyakitnya, atau diberi terapi mahal yang justru tidak membantu mempercepat pemulihannya.
- Rasa aman yang palsu
Bukti menunjukkan kebanyakan orang yang sudah 'melawan' virus corona mempertahankan tingkat kekebalan.
Para ilmuwan belum tahu sampai kapan kekebalan ini bertahan, tetapi CDC mencatat infeksi ulang tidak mungkin terjadi dalam 90 hari berikutnya. Lalu, orang yang sebenarnya tidak memiliki gejala dalam jangka waktu ini tidak perlu menjalani tes lagi.
Jadi, jika seseorang tidak melakukan pengujian virus corona, maka akan membahayakan kesehatannya dan dapat membahayakan seluruh orang di sekitarnya, kata Catherine O'Neal, spesialis penyakit menular di Louisiana State University.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis