Suara.com - Beberapa tahun terakhir, diet keto menjadi salah satu tren pola makan yang paling sering dilakukan. Banyak orang tertarik mencobanya karena diyakini mampu menurunkan berat badan dengan cepat sekaligus memberikan energi ekstra.
Prinsip dasar diet ini adalah memangkas hampir seluruh asupan karbohidrat harian dan menggantinya dengan konsumsi lemak dalam jumlah tinggi. Akibatnya, tubuh dipaksa beradaptasi dan beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi utama melalui proses yang dikenal dengan istilah ketosis.
Sekilas, pola makan ini tampak menjanjikan. Banyak orang berhasil mencapai berat badan ideal dengan lebih cepat, dan sebagian penelitian juga menunjukkan adanya manfaat untuk kondisi tertentu. Namun, di balik tren yang semakin populer, para ilmuwan mulai menyoroti efek jangka panjang dari diet keto. Pertanyaannya, apakah diet ini aman bila dilakukan bertahun-tahun?
Sebuah riset terbaru yang dipublikasikan di Science News mengungkap bahwa meski diet keto membawa hasil positif dalam menurunkan berat badan. Tak hanya itu, diet ini ternyata juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan metabolik bila dilakukan dalam jangka panjang.
Lalu apakah diet keto tetap aman untuk dilakukan? Begini faktanya seperti Suara.com telah rangkum dari Science News.
Secara teknis, diet keto dirancang dengan menurunkan konsumsi karbohidrat hingga sangat rendah yang biasanya kurang dari 50 gram per hari sekaligus meningkatkan asupan lemak. Normalnya, tubuh kita mengandalkan glukosa dari karbohidrat untuk bahan bakar. Namun saat karbohidrat dibatasi, hati akan mengubah lemak menjadi senyawa bernama badan keton yang kemudian dipakai sebagai energi alternatif. Inilah kondisi ketosis yang menjadi kunci diet keto.
Dalam sebuah studi yang berlangsung sekitar delapan bulan pada tikus, yang setara dengan beberapa dekade usia manusia, para peneliti mengamati efek diet keto jangka panjang. Hasilnya menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan metabolisme.
Tikus yang menjalani diet keto dalam waktu lama tidak mampu mengatur gula darah dengan baik. Mereka kesulitan menghasilkan cukup insulin, yaitu hormon yang berperan memasukkan glukosa ke dalam sel.
Analisis juga menemukan peningkatan kadar lemak dalam darah, yang bisa menjadi indikasi awal penyakit kardiovaskular. Pada tikus jantan, bahkan muncul kondisi hati berlemak yang menandakan adanya gangguan fungsi organ.
Baca Juga: Cegah Stroke dengan 6 Makanan Sehat Ini: Gampang Dicari dan Terjangkau!
Meskipun ada dampak negatif, diet keto tetap membuat tikus memiliki berat badan lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang diberi makanan tinggi karbohidrat ala Western diet.
Kabar baiknya, gangguan metabolisme yang muncul ternyata tidak bersifat permanen. Saat tikus berhenti menjalani diet keto, sebagian besar masalah, terutama terkait pengolahan glukosa, berangsur membaik.
Hasil penelitian ini tentu menimbulkan pertanyaan, apakah manusia akan mengalami efek serupa bila menjalani diet keto dalam jangka panjang?
Hingga kini, jawabannya belum sepenuhnya jelas. Studi tersebut memang memberikan gambaran, tetapi penelitian langsung pada manusia masih terbatas. Meski begitu, temuan ini bisa menjadi peringatan untuk lebih berhati-hati.
Manfaat jangka pendek dari diet keto terbukti efektif menurunkan berat badan dan mungkin membantu mengendalikan kadar gula darah dalam waktu singkat.
Namun, bila diterapkan terus-menerus, potensi gangguan metabolisme, masalah pada hati, serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Berita Terkait
-
Cegah Stroke dengan 6 Makanan Sehat Ini: Gampang Dicari dan Terjangkau!
-
Ganja Akhirnya Diteliti di Indonesia! Kepala BNN: Bila Oke Dibeli Pakai Resep Dokter
-
Penelitian FKUI: Pilihan Popok yang Tepat Bisa Bantu Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia
-
Menu Makanmu Selamatkan Bumi? Pola Makan Ini Pangkas Emisi Lebih Efektif dari Teknologi Mahal
-
Riset: Kampanye Anti Daging Merah Tak Efektif Populerkan Gaya Hidup Berkelanjutan
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
Terkini
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya