Suara.com - Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) prof. dr. Zubairi Djoerban menegaskan, pernyataan Aliansi Dokter Dunia terkait pandemi Covid-19 palsu tidak benar.
Ia menyampaikan bahwa organisasi itu hanya mengawali opini dari beberapa dokter di dunia.
"Aliansi Dokter Dunia bukan aliansi semua dokter atau sebagian besar dokter. Namun aliansi beberapa dokter di dunia kemudian mereka menyampaikan informasi yang tidak benar," tegas prof Zubairi kepada suara.com, Rabu (28/10/2020).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah membantah pernyataan dari aliansi dokter tersebut, lanjutnya. Zubairi menambahkan bahwa Covid-19 telah terbukti ada dan bukan buatan laboratorium mana pun.
"Yang benar covid-19 itu benar ada, buktinya jelas, virus jelas, pasiennya jelas, kemudian yang dikuburkan di pemakaman di dunia juga jelas banyak. Jadi mereka punya kepercayaan yang tidak benar," katanya.
"Yang penting kalau kita ngomong itu ada bukti ilmiah. Jadi yang diomongin objeknya apa, ada bukti ilmiahnya," lanjut dokter Zubairi.
Aliansi Dokter Dunia mendeklarasikan dirinya pada 10 Oktober 2020. Aliansi itu terdiri dari beberapa ahli kesehatan di berbagai negara dan menyatakan bahwa Covid-19 tidak benar ada. Mereka menganggap virus corona sama saja dengan virus flu yang bersifat musiman.
Selain itu, berdasarkan video yang beredar luas, Aliansi tersebut juga menyatakan bahwa tingkat tes pasien Covid-19 lebih dari 80 persen keliru.
Namun Ketua Satgas penanganan Covid-19 prof. Wiku Adisasmito menegaskan bahwa pernyataan pada video itu mengandung misinformasi.
Baca Juga: 253 Dokter Meninggal Akibat Covid-19, IDI: Perlindungan Nakes Ialah Mutlak
"Penting diketahui masyarakat bahwa konten yang disebarkan oleh Aliansi Dokter Dunia masuk dalam kategori misinformasi. Terdapat tiga bentuk misinformasi terkait Covid-19," kata Wiku dalam webinar BNPB, Selasa (27/10/2020).
Ia memaparkan, misinformasi pertama terkait dengan keyakinan bersifat umum. Kedua, keyakinan terhadap teori konspirasi dan ketiga, keyakinan dari agama. Menurut Wiku, misinformasi bisa teridentifikasi dari pernyataan para ahli yang menyamakan Covid-19 dengan influenza.
"Penting diketahui penyebab dinamika transmisi dan akibat kedua penyakit tersebut sangat berbeda," tambahnya.
Satgas Penanganan Covid-19 mengingatkan masyarakat bahwa misinformasi dapat mempengaruhi seseorang terhadap suatu informasi. Oleh karena itu masyarakat harus evaluasi kredibilitas informasi yang diterima dan merujuk informasi tentang Covid-19 pada lembaga yang bisa dipercaya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
Terkini
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030