Suara.com - Dalam artikel kali ini, Suara.com akan mengulas apa itu hiperseks dan cara menanganinya.
Sebagian dari Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah hiperseks. Secara sederhana, hiperseks merupakan salah satu istilah klinis yang juga sering disebut sebagai kecanduan seks. Walaupun istilah hiperseks sendiri sudah tidak asing lagi, para penderitanya justru cenderung tidak menyadari bahwa mereka mengalami gangguan ini.
Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hiperseks atau tidak adalah dengan berkonsultasi ke dokter spesialis jiwa atau psikolog. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, simak ulasan singkat terkait apa itu hiperseks dan cara menanganinya.
Apa itu Hiperseks?
Hiperseksual atau hiperseks adalah gangguan klinis yang membuat penderitanya sangat sering atau tiba-tiba mengalami peningkatan dorongan seksual. Gangguan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi medis, obat-obatan, kecemasan, atau depresi. Penderita gangguan hiperseks biasanya akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencari sensasi romansa dan seks ketimbang tindakan seksual itu sendiri.
Kaum awam menyebut gangguan hiperseks ini dengan kecanduan seks. Pasalnya, hiperseks merupakan gangguan yang sangat sulit dikontrol, sama halnya dengan kecanduan alkohol atau judi. Dalam beberapa kasus, hiperseks dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan penderitanya, termasuk kesehatan, karier, dan relasi sosial.
Ciri-ciri Hiperseks
Gangguan hiperseks ditandai dengan peningkatan frekuensi dan intensitas fantasi terkait seks. Fantasi seksual yang dimaksud dapat berupa pornografi dan masturbasi kompulsif. Penderita hiperseks biasanya akan mengalami ketidakmampuan untuk menahan dorongan seksual, termasuk fantasi seksualnya. Namun, saat melakukan aktivitas seksual yang sebenarnya, penderita hiperseks justru tidak memiliki ketertarikan sehingga tidak mampu memberi kepuasan emosional.
Ciri penderita hiperseks selanjutnya adalah hilangnya perasaan tertekan setelah mewujudkan dorongan seksual namun juga merasa malu dan menyesal. Kemudian, ketika dorongan seksual tersebut tidak terpenuhi, penderita biasanya akan merasa cemas, tertekan, dan bahkan akan bertindak agresif.
Baca Juga: Punya Istri Hiperseks, Taufik Nekat Jual Pasangan ke Lelaki Hidung Belang
Perawatan untuk penderita gangguan hiperseks perlu dilakukan dengan psikoterapi, pengobatan, serta support group. Adapun tujuan utama penanganan hiperseks adalah membantu penderitanya untuk mengelola dorongan dan mengurangi perilaku berlebihan sambil tetap mempertahankan aktivitas seksual yang sehat.
Upaya mengobati hiperseks secara lebih mendalam memang perlu dilakukan atas saran dokter. Pasalnya, setelah berkonsultasi dengan dokter, penderita gangguan hiperseks dapat menemukan penyebab munculnya gangguan tersebut dalam diri mereka. Setelah mengetahui penyebabnya, barulah penderita dapat menentukan penanganan yang tepat.
itu dia ulasan terkait apa itu hiperseks dan cara menanganinya.
Kontributor : Theresia Simbolon
Tag
Berita Terkait
-
Tiga Posisi Seks yang Bikin Panas Malam Halloween, Cobain Yuk!
-
Ada 25 Ribu Pekerja Seks di Jawa Barat, Kebanyakan Work from Home
-
Ingin Berhubungan Seks Saat Hamil, Perhatikan Empat Hal Ini
-
Jebolan KDI Nassar Ungkap Sesasi Hubungan Seks dengan Nenek-nenek 78 Tahun
-
Nassar Akui Pernah Seks dengan Nenek-nenek
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi