Suara.com - Depresi usai melahirkan atau yang dikenal dengan postpartum depression sering dialami oleh perempuan melahirkan. Bahkan, studi terbaru menunjukkan bahwa kesedihan, keputusasaan, dan kecemasan yang intens di antara ibu baru dapat berlangsung hingga tiga tahun setelah melahirkan.
National Institutes of Health (NIH) mengatakan depresi pascapersalinan dapat bertahan setelah jadwal yang disarankan untuk skrining, mengutip pedoman American Academy of Pediatrics.
Oleh sebab itu dokter perlu melakukan skrining perempuan yang mengalami postpartum depression beberapa kali hingga enam bulan setelah melahirkan.
"Studi kami menunjukkan bahwa enam bulan mungkin tidak cukup lama untuk mengukur gejala depresi," kata Diane Putnick, penulis utama dan staf ilmuwan di Cabang Epidemiologi NICHD, dikutip dari New York Post, Jumat, (30/10/2020).
“Data jangka panjang ini adalah kunci untuk meningkatkan pemahaman kami tentang kesehatan mental ibu, yang kami tahu sangat penting untuk kesejahteraan dan perkembangan anaknya.”
NIH memeriksa data pada 5.000 perempuan dari studi Upstate KIDS di New York. Mereka menemukan bahwa sekitar 1 dari 4 ibu mengalami depresi tingkat tinggi hingga tiga tahun setelah kelahiran.
Sementara itu, perempuan lain melaporkan tingkat depresi yang rendah selama tiga tahun.
Para perempuan tersebut dinilai melalui kuesioner dan tidak didiagnosis secara klinis sebagai bagian dari penelitian.
Selain itu, perempuan dengan gangguan mood atau diabetes gestasional (diabetes yang berkembang selama kehamilan) berisiko lebih tinggi mengalami peningkatan gejala depresi yang terus-menerus.
Baca Juga: Bakar Diri Diduga Depresi, Ini Identitas Jasad Pria Hangus di Gunung Sahari
Namun penulis studi, Putnick, menyerukan penelitian yang melibatkan sampel yang lebih beragam; peserta dalam penelitian ini sebagian besar adalah wanita kulit putih non-Hispanik.
Sementara itu, informasi dari CDC yang dirilis pada Mei mengatakan depresi pascapersalinan bisa terjadi "hingga satu tahun setelah lahir".
CDC juga memperingatkan bahwa depresi pascapersalinan yang tidak diobati dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu dan menimbulkan masalah perilaku, tidur, dan makan bagi bayi.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
7 Fakta Bakengrind, Roti 'Bebas Gluten' yang Diduga Penipuan dan Membahayakan
-
3 Titik Lemah yang Bikin Timnas Indonesia Takluk dari Arab Saudi
Terkini
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban