Suara.com - Umumnya, banyak orang menduga bahwa remaja yang melakukan sekolah daring selama virus corona Covid-19 mungkin akan mengalami stres karena menurunnya komunikasi sosial. Namun, penelitian baru menunjukkan bahwa beberapa anak-anak mungkin malah merasa lega saat mereka melakukan sekolah daring.
Melansir dari Healthline, studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Bristol menunjukkan bahwa sekolah daring nyanyata malah mengurangi kecemasan pada remaja.
Pada penelitian ini, setidaknya ada lebih dari 1.000 siswa kelas sembilan dari 17 sekolah menengah di Inggris Barat Daya yang berpartisipasi.
Melalui analisis dan wawancara, tim peneliti menemukan bahwa 54 persen anak perempuan berusia 13 hingga 14 tahun yang berisiko mengalami kecemasan sebelum pandemi angkanya turun 10 persen selama lockdown atau belajar di rumah.
Sementara 26 persen anak laki-laki dalam kelompok usia yang sama dengan risiko mengalami kecemasan, angkanya turun jadi 18 persen selama lockdown atau belajar di rumah.
Namun, perlu dicatat bahwa tingkat depresi tetap konsisten, di mana anak perempuan mengalami peningkatan risiko sebesar 3 persen dan anak laki-laki mengalami penurunan 2 persen selama pandemi.
Emily Widnall, MSc yang merupakan penulis utama studi tersebut mengatakan bahwa ia dan timnya terkejut saat melihat hasil survei tersebut. Sebab banyak pakar kesehatan anak, memperkitakan kecemasan meningkat sekolah daring dilakukan.
"Kami tahu bahwa sekolah bagi banyak remaja mungkin malah dapat menimbulkan kecemasan dalam hal tekanan ujian dan hubungan teman sebaya termasuk perundungan," kata Widnall.
"Ini benar-benar kesempatan yang unik untuk memahami perasaan banyak remaja yang lebih muda tanpa tekanan kehidupan sekolah sehari-hari," imbuhnya.
Baca Juga: Kurang Tidur Bisa Sebabkan Masalah Kesehatan Mental, Benarkah?
Frank A. Ghinassi, PhD, ABPP, Presiden dan CEO Perawatan Kesehatan Perilaku Universitas Rutgers Health yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa ada beberapa faktor kunci yang mendorong depresi dan kecemasan di kalangan remaja.
Di antaranya adalah kekurangan makanan, tekanan ekonomi, ketidakstabilan di rumah, perselisihan antara orang tua, kekerasan dalam rumah tangga, masalah harga diri, perundungan, status sosial, harapan akademis, masalah hubungan romantis hingga perasaan tidak dimiliki.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!