Suara.com - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito menyinggung tren kasus Covid-19 yang terus meningkat, terjadi akibat tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan yang menurun.
Ia bahkan menyinggung bagaimana tingkat kepatuhan masyarakat Indonesia dalam menerapkan protokol kesehatan secara persentase terus menurun jika dibandingkan pada September dan awal Desember.
Dia mencontohkan dalam kepatuhan memakai masker di bulan September, tercatat sebanyak 83,67 persen masyarakat mengaku memakai masker. Angka tersebut menurun pada awal Desember menjadi 57,78 persen.
Sementara itu, kedisiplinan menjaga jarak juga turun dari 59,57 persen menjadi 41,75 persen pada periode September dan awal Desember.
"Menerapkan disiplin protokol kesehatan yang telah dianjurkan pemerintah dan World Health Organization (WHO) adalah cara yang paling efektif dalam menekan penularan Covid-19," ujar Wiku dalam pernyataan seperti yang dikutip di laman resmi Satgas Covid-19, Rabu (9/12/2020) kemarin.
wiku kembali mengingatkan bahwa patuh menerapkan protokol kesehatan harus dijadikan kewajiban bagi masyarakat.
Untuk aparat penegakan hukum di daerah beserta pimpinan daerah, ia meminta adanya penegakkan kedisiplinan tanpa pandang bulu kepada masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan.
“Ingat, dokter dan tenaga kesehatan yang memberikan perawatan, merupakan benteng terakhir. Jumlah mereka sangat terbatas, hargailah mereka,” tegasnya.
Selain itu, Wiku juga meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk segera memenuhi kekurangan logistik kesehatan seperti obat-obatan, reagen maupun alat pelindung diri (APD) jelang libur akhir tahun 2020.
Baca Juga: Satgas Ungkap, Masih Ada TPS Tak Sediakan Fasilitas Cuci Tangan
“Pastikan kebutuhan logistik mencukupi, sehingga tidak menghambat penanganan pada pasien Covid-19,” jelas dia.
Wiku menambahkan saat ini kapasitas testing (pemeriksaan) Covid-19 di Indonesia juga semakin mendekati target yang direkomendasikan WHO. Kapasitas testing Indonesia saat ini sudah sebesar 96,35 persen. Namun demikian, peningkatan testing ternyata diikuti tren peningkatan kasus positif yang semakin memburuk.
"Seharusnya, angka testing yang tinggi tidak diikuti dengan peningkatan kasus positif. Ini artinya tingkat penularan makin tidak terkendali. Tolong pengertiannya, tolong kerjasama yang serius. Jangan sampai kerja keras kita selama ini hilang percuma," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
Terkini
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat