Suara.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengizinkan penggunaan vaksin Covid-19 buatan Sinovac, yaitu CoronaVac, di Indonesia.
Hasil uji klinis di PT Bio Farma, Bandung, menunjukkan bahwa vaksin asal China tersebut aman digunakan dan memiliki khasiat atau efikasi mencapai 65,3%.
Efek samping ringan dari vaksin ini berupa nyeri, iritasi, pembengkakan, nyeri otot, fatigue, hingga demam. Sementara efek berat termasuk sakit kepala, diare, serta gangguan kulit.
Namun, dampak buruk level berat tersebut jarang terjadi, dilaporkan hanya sekitar 0,1% hingga 1%.
"Efek samping tersebut merupakan efek samping yang tidak berbahaya dan dapat pulih kembali," jelas Kepala BPOM, Penny K. Lukito, dalam jumpa pers daring, Senin (11/1/2021).
Lalu, bagaimana cara kerja vaksin Sinovac ini?
Berdasarkan New York Times, CoronaVac bekerja dengan 'mengajarkan' sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi yang dapat melawan virus corona Covid-19.
Antibodi ini akan menempel pada protein virus, yakni protein lonjakan, yang menempel pada permukaannya.
Dalam pembuatannya, Sinovac mengambil sampel virus dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol, dan Swiss. Satu sampel dari China yang akhirnya menjadi dasar pembuatan vaksin.
Baca Juga: 3 Daerah di Kalbar Akan Terima Vaksin Covid-19 Tahap Pertama
Peneliti memperbanyak virus corona di sel ginjal monyet. Kemudian, mereka 'menyiram' virus dengan bahan kimia beta-propiolactone.
Senyawa tersebut menonaktifkan atau mematikan virus corona agar tidak lagi terikat dengan gennya.
Virus corona yang tidak lagi aktif ini tidak bisa lagi bereplikasi di dalam tubuh manusia. Namun, protein mereka, termasuk protein lonjakan, akan tetap utuh.
Setelah itu, peneliti mengambil virus tidak aktif ini dan mencampurkannya dengan sejumlah senyawa berbasis aluminium, disebut adjuvan. Fungsinya, merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan respons terhadap vaksin.
Karena virus corona dalam CoronaVac sudah tidak lagi aktif, maka saat disuntikkan ke tubuh virus tidak akan menyebabkan Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia