Suara.com - Siapa tak suka makanan pedas? Selain nikmat, makanan pedas bisa bikin nafsu makan jadi berlipat. Meski pada beberapa kasus makanan pedas bisa membuat orang sakit perut, namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi orang untuk terus menyukainya.
Nah, tahukah Anda bahwa selain membuat ketagihan, makanan pedas ternyata juga memberi manfaat? Dilansir daro laman Firstwefeast, ini beberapa manfaat makan makanan pedas yang mungkin belum Anda tahu.
1. Membantu menurunkan berat badan
Ilmuwan di Universitas Daegu, Korea, menemukan tikus yang diberi diet tinggi lemak dikombinasikan dengan capsaicin (zat aktif pada cabai yang menimbulkan rasa pedas) membakar lebih banyak lemak daripada tikus dengan diet tinggi lemak tanpa capsaicin. Para peneliti mampu membuktikan bahwa capsaicin membantu mengurangi ukuran sel lemak dengan meningkatkan produksi protein di dalam sel.
Dalam sebuah studi tahun 2010, The Journal of Proteome Research juga menemukan bahwa capsaicin dapat menurunkan produksi sel lemak.
2. Mengurangi risiko tumor
Sebuah studi dari Edwards School of Medicine di West Virginia menunjukkan capsaicin memiliki sifat anti-proliferatif yang dapat melindungi tubuh dari tumor kolorektal dan kanker paru-paru. Capsaicin mengaktifkan saluran ion yang disebut TRPV1, yang dapat membantu melindungi tubuh dari panas, keasaman, dan bahan kimia pedas. Ketika TRPV1 berinteraksi dengan reseptor faktor pertumbuhan epidermal, itu dapat menurunkan risiko perkembangan tumor usus dan pertumbuhan yang tidak diinginkan lainnya.
3. Menurunkan risiko serangan jantung dan stroke
Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang kuat bahwa sering mengonsumsi makanan pedas dapat mencegah serangan jantung atau stroke, ada rumor yang mengatakan bahwa rasa pedas mungkin dapat mengurangi risiko penyakit tersebut. Makanan pedas kaya akan vitamin A dan C, yang dapat memperkuat otot jantung. Otot jantung yang lebih kuat berarti sistem kardiovaskular pun lebih kuat secara keseluruhan.
4. Memperpanjang usia
Sebuah studi yang dilakukan oleh The British Medical Journal menemukan bahwa makan makanan pedas dapat berkontribusi pada umur yang lebih panjang. Studi ini mengikuti 500.000 orang Cina yang dipantau asupan makanan pedasnya. Peneliti menemukan bahwa mereka yang makan makanan pedas setiap hari memiliki risiko 14% lebih rendah untuk kematian dini. Selain itu, mengonsumsi makanan pedas seringkali berkorelasi dengan penurunan risiko kanker dan penyakit pernapasan.
5. Mengurangi cedera
Paprika Chili mengandung lebih banyak vitamin A daripada wortel dan lebih banyak vitamin C daripada segelas jus jeruk. Cabai juga mengandung vitamin D, nutrisi yang sangat diandalkan oleh para atlet untuk mengurangi risiko cedera sebelum berolahraga.
6. Melawan artritis
Mirip dengan capsaicin, jahe juga memberikan rasa pedas pada makanan. Sebuah studi University of Miami menemukan bahwa diet kaya jahe dapat membantu meredakan nyeri radang sendi karena kandungan anti-inflamasi dan anti-spasmodiknya. Selain itu, jahe bisa membantu mengurangi rasa mual.
Baca Juga: Santap Makanan Pedas Level Dewa, Pasien Covid-19: Bola Mataku Berkeringat!
7. Melawan infeksi
Sebuah studi yang dilakukan oleh Journal of Ethnopharmacology menyelidiki penggunaan capsaicin dalam pengobatan suku Maya kuno. Para peneliti menemukan bahwa capsaicin mencegah lima jenis bakteri dan dapat menangkis infeksi telinga, infeksi jamur, dan masalah bakteri lainnya. Laporan Livestrong mencaat bahwa seperti halnya cabai, bawang putih juga dapat membantu sistem kekebalan tubuh menangkis infeksi.
8. Meredakan pilek
Cabai rawit bisa menjadi obat alergi Anda selama musim semi. Telegraph melaporkan bahwa lada dapat digunakan untuk membuka saluran udara dan mengurangi rasa sakit yang menyebabkan hidung tersumbat. Tip meredakan hidung tersumbat: Campurkan cabai rawit dengan segelas limun, ini tidak hanya membantu meredakan alergi, tetapi juga meningkatkan metabolisme Anda dengan cepat.
9. Mencegah sakit pencernaan
Sementara banyak yang percaya bahwa makan makanan pedas dapat menyebabkan peradangan dan iritasi saat BAB, sebuah studi dari The Critical Reviews in Food Science and Nutrition menemukan bahwa ini mungkin tidak benar. Para peneliti menyatakan, "Capsaicin tidak merangsang, tetapi menghambat sekresi asam, merangsang alkali, sekresi lendir, dan terutama aliran darah mukosa lambung yang membantu dalam pencegahan dan penyembuhan tukak." Ini menunjukkan bahwa Anda dapat terus menikmati makanan pedas tanpa takut sakit perut. (Fajar Ramadhan)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia