Suara.com - Kepala Unit Penyakit Menular di Assuta Medical Center, Ashdod, Tal Brosh, mengatakan kepada Kementerian Kesehatan Israel bahwa tes antibodi Covid-19 tidak dapat diandalkan dalam pemberian paspor hijau Covid-19.
Tes serologi atau tes darah, guna mendeteksi antibodi dalam darah penyintas Covid-19 atau telah divaksinasi, sebelumnya disebut sebagai metode kunci untuk menentukan siapa yang tidak terinfeksi atau menularkan virus oleh komisioner virus corona Nachman Ash.
Namun, Brosh telah mengajukan dokumen peringatan.
"Menurut data yang diketahui saat ini, tes serologi bukanlah alat yang dapat diandalkan atau valid untuk menentukan tingkat perlindungan terhadap infeksi, baik setelah pemulihan maupun setelah mendapatkan vaksin," tutur Brosh, dilansir Times of Israel, Rabu (27/1/2021).
"Oleh karena itu, tidak disarankan untuk menggunakan tes tersebut untuk menindaklanjuti mereka yang menerima vaksin, kecuali untuk penelitian medis," sambungnya.
Ia mendasarkan pendapatnya pada penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa antibodi Covid-19 umumnya berkurang dalam empat hingga 8 bulan, yang artinya tidak dapat memprediksi apakah atau akan sampai kapan seseorang kebal.
"Kami tidak memiliki data yang menunjukkan bahwa tingkat antibodi yang diuji oleh berbagai peralatan perusahaan komersial membedakan antara orang yang sudah pulih dan yang tidak kebal," lanjut Brosh dalam dokumen yang diajukannya.
Israel telah melakukan beberapa survei antibodi sebagai alat statistik untuk menentukan apakah negara tersebut mendekati kekebalan kawanan atau herd immunity.
Studi baru-baru ini menimbulkan keraguan besar atas validitas tes, bahkan untuk tujuan statistik, karena banyak orang kebal terhadap Covid-19 akan muncul sebagai negatif.
Baca Juga: Masjid Tertua di Dunia Ditemukan di Israel, Diduga Dibangun Sahabat Nabi
Jika pendapat baru diterima oleh Kementerian Kesehatan, tes antibodi tidak akan menjadi bagian dari peluncuran paspor hijau Covid-19.
Beberapa hari lalu, Kementerian Kesehatan Israel merilis paspor hijau untuk Covid-19. Tujuannya adalah memungkinkan terbukanya berbagai sektor masyarakat di negara tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
Terkini
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak