Suara.com - Kabar baik datang terkait vaksinasi virus Corona di Indonesia. Pemerintah mengatakan, Indonesia termasuk salah satu negara yang mendapat vaksin Covid-19 dari AstraZeneca.
Hal ini dimungkinkan melalui skema kerja sama multilateral Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI) alais Covax Facility.
Covax Facility merupakan inisiatif global yang dipimpin oleh aliansi vaksin Gavi melalui skema kerja sama multilateral.
Skema ini memungkinkan negara peserta mendapat jumlah vaksin hingga 20 persen dari total populasi begitu vaksin Covid-19 tersedia.
Juru bicara vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan berdasarkan surat terakhir dari GAVI, ada indikasi alokasi sebesar 13,7 juta hingga 23,1 juta dosis vaksin.
Alokasi tersebut akan dikirimkan dalam dua tahap yakni 25-35 persen pada kuartal pertama, dan 65-75 persen pada kuartal kedua 2021.
"Distribusi vaksin akan dilakukan setelah vaksin AstraZeneca mendapatkan emergency use listing dari WHO," kata Nadia dilansir Anadolu Agency.
Selain itu, distribusi vaksin juga menunggu validasi dari Independent Allocation of Vaccines Task Force (AIVG) dan ketersediaan suplai dari manufaktur.
Vaksin AstraZeneca nantinya juga harus mendapatkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia sebelum digunakan.
Baca Juga: Masyarakat Indonesia Tengah Alami Fenomena Vaccine Hesitancy, Apa Itu?
"Vaksin AstraZeneca adalah salah satu vaksin yang dapat digunakan pada usia 60 tahun keatas yang kita ketahui dimana kelompok ini memiliki angka kematian tertinggi," ujar Nadia.
Secara keseluruhan, Indonesia menargetkan untuk memvaksinasi 181,5 juta penduduk demi mencapai kekebalan imunitas (herd immunity).
Indonesia telah mendapatkan komitmen dan opsi untuk mendatangkan sebesar 663 juta dosis vaksin dari AstraZeneca dari Inggris, Sinovac dari Tiongkok, Novavax dari Amerika dan Kanada, dan Pfizer dari Amerika.
Program vaksinasi menggunakan vaksin Sinovac asal China telah berjalan sejak 13 Januari 2021 dengan 1,4 juta tenaga kesehatan menjadi prioritas utama.
Berita Terkait
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
CEK FAKTA: Joe Biden Terserang Kanker Gara-gara Vaksin Covid-19, Benarkah?
-
Seorang Dokter di Inggris Coba Bunuh Pasangan Ibunya dengan Vaksin COVID-19 Palsu!
-
Pesta Seks Selama Pandemi dan Kebohongan Vaksin Covid-19, Dokter di New York Terancam Penjara!
-
Kemenkes Bantah Adanya Detoksifikasi Vaksin Covid-19, Definisinya Beda Jauh
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan