Suara.com - Sebuah studi baru Rockefeller menunjukkan bahwa mereka yang pulih dari COVID-19 atau penyintas COVID-19 akan terlindungi dari virus tersebut setidaknya selama enam bulan atau lebih lama.
Penemuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature ini memberikan bukti bahwa sistem kekebalan tubuh bekerja luar biasa. Sistem kekebalan akan terus meningkatkan kualitas antibodi, bahkan setelah infeksinya berkurang.
Antibodi yang diproduksi selama berbulan-bulan setelah infeksi, menunjukkan peningkatan kemampuan untuk memblokir virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 serta versi mutasinya seperti varian virus baru yang ada di negara Afrika Selatan.
Melansir dari Sciencedaily (21/01/2021), para peneliti menemukan bahwa peningkatan antibodi ini diproduksi oleh sel-sel kekebalan yang terus berkembang, karena terus terpapar sisa-sisa virus yang tersembunyi di jaringan usus.
Berdasarkan temuan ini, peneliti menduga bahwa ketika pasien yang sembuh bertemu virus berikutnya, perlawanan tersebut akan lebih cepat dan lebih efektif, dan mencegah infeksi berulang.
"Ini benar-benar berita yang menggembirakan. Jenis tanggapan kekebalan yang kita lihat di sini berpotensi memberikan perlindungan untuk beberapa waktu, dengan memungkinkan tubuh untuk melakukan tanggapan yang cepat dan efektif terhadap virus setelah terpapar ulang," kata Michel C. Nussenzweig, Profesor Zanvil A. Cohn dan Ralph M.
Steinman dan kepala Laboratorium Imunologi Molekuler merupakan tim yang sama yang melacak dan mengkarakterisasi respons antibodi pada pasien COVID-19 sejak hari-hari awal pandemi di New York.
Antibodi yang dibuat tubuh sebagai respons terhadap infeksi, bertahan dalam plasma darah selama beberapa minggu atau bulan, tetapi kadarnya menurun secara signifikan seiring waktu.
Sel Memiliki Memori Tahan Lama
Sistem kekebalan memiliki cara efisien untuk menangani patogen. Alih-alih memproduksi antibodi sepanjang waktu, sistem kekebalan menciptakan sel B memori yang mengenali patogen, dan dapat dengan cepat melepaskan babak baru bagi antibodi.
Baca Juga: Ahli dari China Sebut India Bisa Menjadi 'Base Camp' Virus Corona Global
Untuk memahami kasus SARS-CoV-2, Nussenzweig dan rekannya mempelajari tanggapan antibodi dari 87 orang pada dua titik jangka waktu: satu bulan setelah infeksi, enam bulan kemudian, seperti yang diharapkan, menemukan bahwa meskipun antibodi masih dapat dideteksi pada titik enam bulan, yang jumlahnya telah menurun secara nyata.
Eksperimen laboratorium ini menunjukkan bahwa kemampuan sampel plasma peserta untuk menetralkan virus berkurang lima kali lipat.
Sebaliknya, sel B memori pasien, khususnya yang memproduksi antibodi melawan SARS-CoV-2, tidak menurun jumlahnya bahkan sedikit meningkat dalam beberapa kasus.
Menurut Christian Gaebler, dokter dan ahli imunologi di lab Nussenzweig, jumlah keseluruhan sel B memori yang menghasilkan antibodi yang menyerang tumit Achilles dari virus, yang dikenal sebagai domain pengikat reseptor, tetap sama.
"Itu kabar baik karena itulah yang Anda butuhkan jika Anda menemukan virus lagi,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia