Suara.com - Banyak pihak telah melakukan perhitungan dan prediksi terkait kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Kini sebuah laporan dari Bloomberg mengatakan pandemi Covid-19 baru bisa berakhir paling tidak tujuh tahun.
Perhitungan itu dengan mempertimbangkan kecepatan vaksinsinasi yang tengah berlangsung saat ini. Mereka melakukan perhitungan dengan basis data terbesar" dari inokulasi Covid-19 yang diberikan di seluruh dunia.
Lalu mereka menghitung angka-angka tersebut dan menemukan bahwa butuh sebagian besar dekade untuk mencapai kekebalan kawanan jika distribusi tidak meningkat untuk dua dosis vaksin.
Anthony Fauci mengatakan 70-85 persen populasi akan membutuhkan vaksin untuk mencapai kekebalan kawanan. Meski Amerika Serikat berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan itu pada Tahun Baru di tahun 2022, negara-negara seperti Kanada bisa membutuhkan sepuluh tahun untuk kecepatan mereka saat ini.
Lebih dari 119 juta dosis telah dibagikan di seluruh dunia tetapi pelacak Bloomberg menunjukkan beberapa negara, kebanyakan negara kaya, lokal Barat, mencapai cakupan 75 persen jauh lebih cepat daripada yang lain.
Misalnya, Israel berada di jalur yang tepat dengan cakupan 75 persen pada musim semi tetapi Portugal membutuhkan empat tahun, China tujuh tahun dan Latvia hampir sembilan tahun untuk mencapai kekebalan kelompok jika distribusi vaksin tidak berubah.
Perhitungannya, tentu saja, "tidak stabil," jelas Bloomberg, terutama dengan peluncuran yang baru berumur beberapa bulan dan masih dirusak dengan gangguan pasokan.
Tingkat vaksinasi Kanada dipotong setengahnya baru-baru ini setelah negara tersebut menghadapi penundaan pengiriman.
Tetapi selama kontrak mereka untuk membeli lebih banyak dosis per orang daripada negara lain terus berlanjut, mereka tidak akan terjebak dalam pandemi selama satu dekade.
Perhitungan Bloomberg didasarkan pada dua dosis untuk vaksinasi penuh dan akan disesuaikan setelah vaksin yang dibuat oleh Johnson & Johnson, yang hanya membutuhkan satu dosis, tersedia.
Baca Juga: Vaksin Pneumokokus Bisa Cegah Gejala Parah Virus Corona Pada Anak
Meskipun vaksinasi belum disetujui untuk anak-anak, Bloomberg memasukkan anak-anak dalam penghitungan mereka karena mereka juga dapat terinfeksi, dan menularkan, virus.
Kalkulator tidak memperhitungkan tingkat kekebalan alami apa pun yang dialami oleh mereka yang sebelumnya pernah terkena virus. CDC mengatakan beberapa kekebalan ditawarkan setelah infeksi tetapi mereka tidak menjelaskan berapa lama itu bertahan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat