Suara.com - Hingga kini pasien kanker masih belum masuk dalam kelompok penerima vaksin Covid-19. Hal itu dibenarkan oleh Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Ditjen P2P) Kemenkes itu beralasan, hingga sekarang belum ada data uji klinis vaksin Covid-19 yang beredar di Indonesia pada pasien kanker.
"Bukan tidak boleh, kebijakan pemerintah adalah menunda vaksinasi pada golongan risiko tinggi, sambil menunggu data uji klinis yang terus berlangsung di berbagai negara," jelas Nadia dalam keterangannya, Rabu, (10/2/2021).
Sementara itu melalui sekjennya, dr. M. Yadi Permana, SpB(K)Onk, PERABOI menyebut data ekstrapolasi dari organisasi bedah onkologi di Eropa dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa vaksinasi pada pasien kanker padat cukup aman, selama tidak ada komponen vaksin yang kontraindikasi pada pasien.
Jenis vaksin yang aman dan efektif pada populasi normal, lanjut Yadi, dapat digunakan pada populasi pasien kanker padat.
"Memang data efek samping vaksinasi terhadap pasien kanker masih sangat minimal. Tapi sekarang adalah saat yang tepat untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin melalui pemantauan ketat KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) pada pasien kanker padat," tambah Yadi.
Menanggapi hal itu, Nadia mengatakan, bahwa pasien kanker atau kronis bisa saja mendapatkan vaksinasi Covid-19. Namun, dengan membawa surat rekomendasi yang diberikan oleh dokter.
"Untuk penyakit kronik ini sasaran vaksin tersebut dapat membawa surat keterangan dari dokter yang merawatnya, bahwa yang bersangkutan layak mendapat vaksinasi," kata Nadia.
"Tentu vaksinasi akan diberikan, kalau tidak ada, maka sesuai pedoman vaksinasi tidak bisa diberikan."
Baca Juga: Klaster Keluarga Melejit, Anies Anjurkan Warga Isolasi Terkendali Covid-19
Sementara itu, Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) juga mengeluarkan Panduan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Pada Pasien Kanker Padat (Tumor Solid). Dalam panduannya ada sejumlah langkah yang harus dipertimbangkan.
- Langkah pertama; pertimbangkan fase dari tumor dan terapi yang sedang dijalani : kanker aktif, pasca terapi atau penyintas kanker
- Langkah kedua; pertimbangkan usia, kebugaran, dan komorbiditas lain yang dimiliki pasien seperti obesitas, hipertensim diabetes, penyakit jantung atau ginjal
- Langkah ketiga; Pertimbangkan interaksi vaksin dengan tumor dan efektivitas terapi anti kanker
- Langkah keempat ; Pemberian informasi yang jelas dan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Sementara itu, rekomendasi pemberian vaksinasi pada pasien dengan tumor solid adalah sebagai berikut:
- Pasien dengan tumor solid memerlukan vaksin Covid-19 yang sudah distratifikasi berdasarkan faktor usia (belum ada rekomendasi terkait stratifikasi berdasarkan tipe atau stage tumor saat akan dilakukan vaksinasi)
- Pemberian vaksinasi tidak menunda/ menghambat program terapi pasien dengan kanker
- Tidak ada rekomendasi waktu pemberian vaksinasi yang spesifik yang berkaitan dengan terapi antikanker/ radiasi, dengan beberapa kondisi sebagai berikut: - Pada pasien yang belum mendapat terapi imunosupresif, dosis pertama vaksin diberikan >2 minggu sebelum dimulainya terapi inisial, - Pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi, dosis pertama diberikan antar siklus kemoterapi dan jauh dari periode nadir - Pada pasien yang telah menyelesaikan kemoterapi sitotoksik, dosis pertama vaksin diberikan setelah terapi selesai dan telah melewati periode nadir - Saat ini belum ada rekomendasi waktu pemberian vaksin pada pasien yang mendapat terapi tambahan seperti kortikosteroid
- Tidak ada waktu spesifik pemberian vaksin pada pasien yang dijadwalkan operasi, kecuali pada operasi splenektomi (dosis pertama diberikan >2 minggu sebelum operasi atau pasca periode penyembuhan post operasi)
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
-
Kunker Dihapus, Pensiun Jalan Terus: Cek Skema Lengkap Pendapatan Anggota DPR Terbaru!
Terkini
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien
-
Jangan Sepelekan, Mulut Terbuka Saat Tidur pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan Serius!
-
Obat Sakit Gigi Pakai Getah Daun Jarak, Mitos atau Fakta?
-
Pilih Buah Lokal: Cara Asik Tanamkan Kebiasaan Makan Sehat untuk Anak Sejak Dini
-
Sinshe Modern: Rahasia Sehat Alami dengan Sentuhan Teknologi, Dari Stroke Hingga Program Hamil!