Suara.com - Sebagian orang menggunakan air galon untuk mamasak, minum, dan lain sebagainya, tetapi tak sedikit juga yang merebus air keran untuk memasak bahkan meminum. Lalu manakah yang lebih sehat?
Air galon mungkin telihat lebih sehat. Apalagi dengan bentuk dan pengiklanannya yang terkesan aman dan sehat.
Namun menurut Hello Sehat, Anda tetap harus memperhatikan merk air galon terlebih dahulu. Khusunya perhatikan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah diuji sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Air minum yang belum mendapat izin dari BPOM dan SNI berisiko mengandung berbagai jenis bakteri patogen penyebab penyakit," catat Hello Sehat.
Selain itu, Anda juga perlu mencari tahu kedaluwarsa dan standarisasinya. Air memang pada umumnya tidak bisa kedaluwarsa, namun air biasanya dikemas di galon yang berbahan dasar plastik sehingga berisiko terkontaminasi bakteri dan zat kima beracun.
Selain itu ketika air galon tetapapar sinar matahari terus-terusan juga bisa membuat bahan kimia plastik galon luruh ke air.
Sementara air keran akan berbeda-beda tergantung dari mana sumbernya, bisa dari PAM, sumur, dan lain sebagainya.
Jika sumber air dari PAM, maka sudah melalui proses sedemikian rupa sehingga aman untuk diminum bahkan tanpa dimasak terlebih dahulu. Sayangnya, air-air ini akan mengalami penurunan kualitas saat proses pengaliran ke rumah-rumah karena faktor pipa maupun masalah teknis lainnya.
Sangat memungkinkan bakteri berkembang di antara pipa, sehingga membuat air tak aman diminum langsung.
Baca Juga: Lima Alasan Mengapa Telur Bebek Lebih Sehat dari Telur Ayam
Sementara air tanah dari sumur dianggap lebih riskan karena belum terjamin mutunya. Jika air belum teruji, maka jangan gunakan untuk minum atau masak.
Beberapa bakteri yang ada di tanah, sungai, danau seperti Clostridium botulinum masih bisa hidup di atas suhu 100 derajat Celsius. Bakteri ini bisa menyebabkan penyakit botulisme pada manusia yang terinfeksi.
Dalam hal ini jika Anda masih tetap memakai air keran, cobalah uji dulu kualitas air Anda di laboratorium.
"Kalau sudah dinyatakan bebas bakteri, virus, atau racun, rebus air hingga titik didih, yaitu seratus derajat Celsius. Biarkan air mendidih selama paling tidak sepuluh menit sebelum mematikan api kompor," imbuh Hello Sehat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan