Suara.com - Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di 2018 menunjukkan sebanyak 0,1 persen atau 5.000 anak per tahun di seluruh dunia mengalami gangguan gangguan pendengaran.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok Indonesia Bedah Kepala Leher (PP PERHATI-KL) Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, SpTHT-KL (K) mengatakan data dari WHO tidak akan jauh beda dengan di Indonesia, yakni 0,1 persen anak setiap tahunnya menderita gangguan pendengaran.
Namun mirisnya di momen Hari Pendengaran Sedunia atau World Hearing Day (WHD) yang jatuh setiap 3 Maret, kata Prof. Jenny, Indonesia belum mampu melakukan skrining bayi lahir tuli atau universal newborn hearing screening.
"Semua bayi lahir, dimanapun ia berada harus dilakukan deteksi dini. Di Indonesia ini masih menggunakan cara tradisional," ujar Prof. Jenny dalam acara peringatan Hari Pendengaran Sedunia Kemenkes RI secara virtual, Selasa (2/3/2021).
Keadaan ini kata Prof. Jenny sangat berbeda dengan di luar negeri yang sudah menggunakan alat Otoacoustic Emission (OAE). Alat itu bisa mendeteksi gangguan pendengaran bayi sejak lahir sehingga bisa segera ditangani.
OAE adalah gelombang yang dihasilkan oleh sel rambut halus bagian luar dari rumah siput, setelah diberi stimulus. Munculnya gelombang pada alat OAE menandakan rumah siput di telinga bekerja dengan baik.
"Tapi di luar negeri sudah menggunakan alat yang otoakustik emission, untuk mendeteksi gangguan di rumah siput yang disebut gangguan pendengaran tuli yang disebut tuli kongenital," jelas Prof. Jenny,
Lebih lanjut ia sangat berharap nantinya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bisa menerapkan kebijakan tes pendengaran pada setiap bayi yang lahir, dengan alat OAE meski saat ini jumlahnya masih sangat terbatas.
"Namanya early hearing detection and intervention. Kita masih belum bisa melakukan karena keterbatasan SDM dan keterbatasan alat," pungkas Prof. Jenny.
Baca Juga: Seorang Bayi Positif Covid-19 di Dalam Rahim Ibu, Kok Bisa?
Adapun saat ini pemeriksaan gangguan pendengaran pada bayi, dilakukan secara tradisional dan kasat mata, yang bisa dilakukan orangtua dengan memperhatikan tanda-tanda berikut:
- Pada usia 0 hingga 3 bulan tidak mampu merespon rangsangan suara.
- Pada usia 4 hingga 7 bayi tidak menoleh saat dipanggil.
- Pada usia 10 bulan bayi tidak bisa mengulang kata- kata yang diajarkan orang tua.
- Pada usia 12 bulan bayi tidak bisa mengucapkan kata yang mempunyai makna.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan