Suara.com - Orang yang akan melakukan operasi atau pembedahan harus menunda setidaknya selama tujuh minggu jika terinfeksi Covid-19. Hal ini disebabkan karena mantan pasien Covid-19 disebut berisiko lebih mungkin meninggal akibat operasi jika dilakukan dalam 1 sampai 6 minggu setelah infeksi.
Melansir dari Healthshots, peneliti melakukan studi prospektif internasional, multisenter, dan prospektif terhadap 140.231 pasien yang menjalani operasi elektif atau darurat di 116 negara selama Oktober 2020. Mereka membandingkan pasien bedah dengan infeksi SARS-CoV-2 pra-operasi dengan pasien tanpa infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya.
Penelitian ini telah diterbitkan pada jurnal Anesthesia.
"Untuk pertama kalinya, ini memberi kami bukti tentang minimum penundaan waktu dalam melakukan operasi yang akan mengoptimalkan hasil akhir operasi," kata Dr Shilpa Sharma, ahli bedah anak, AIIMS New Delhi yang juga penulis utama dari rumah sakit tersebut.
"Namun, hal ini perlu diimbangi dengan risiko penyakit pada pasien. Di AIIMS, kami telah melakukan RTPCR / CBNAAT secara rutin untuk skrining semua pasien bedah. Sering kali hasilnya positif Covid-19 dan jika memungkinkan, kami menunda operasi dan menunggu pasien pulih," tambahnya.
Kematian pascaoperasi dengan pasien tanpa Covid-19 memiliki risiko 1,5 persen kematian dalam jangka waktu 30 hari. Namun risiko kematian meningkat saat pasien operasi sempat kena Covid-19.
Penelitian menunjukkan bahwa risiko kematian meningkat jadi 4 persen jika dioperasi 0-4 minggu usai terinfeksi Covid-19 dan 3,6 persen saat dipoerasi 5-6 minggu usai infeksi Covid-19. Risiko tidak meningkat (tetap 1,5 persen) jika operasi deilakukan setelah 7 persen usai infeksi Covid-19.
Pasien yang dioperasi dalam waktu enam minggu setelah diagnosis SARS-CoV-2 juga berisiko tinggi mengalami komplikasi paru pasca operasi selama 30 hari.
"Selain itu kami telah menunjukkan bahwa pasien yang masih bergejala tujuh minggu setelah infeksi SARS-CoV-2 dan menjalani operasi juga mengalami peningkatan angka kematian. Karena itu, pasien ini mungkin mendapat manfaat dari penundaan lebih lanjut sampai gejala mereka hilang," kata dokter Sharma.
Baca Juga: DPRD Dukung BPK Telusuri Selisih Rp 180 Miliar Anggaran Covid-19 Jember
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda