Suara.com - Efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca tak hanya menjadi perbincangan di Indonesia tetapi juga negara asal vaksin, Inggris.
Kekinian, media lokal Inggris Daily Mail melaporkan aneka klaim efek samping vaksin Covid-19 garapan ilmuwan Universitas Oxford tersebut.
Beberapa klaim efek samping yang beragam muncul mulai dari tumbuh gigi, copot gigi, menangis hingga perut kembung.
Selain itu ada juga yang melaporkan mengalami beberapa kerugian setelah vaksin seperti pensiun, gagal diet, keinginan untuk kembali merokok, 42 orang mengabarkan tiba-tiba ingin menangis, digigit atau disengat serangga, hingga tiba-tiba menjerit.
Ada juga yang mengaku tiba-tiba suka mengedip berlebih, mata berubah warna, berat badan turun dan ada juga berat badan naik, hingga mengatakan dirinya menjadi tidak normal meski kesulitan menjelaskan bagaimana tidak normal yang dimaksud.
Hanya saja, Badan Pengawas Obat dan Kesehatan Inggris, MHRA mengatakan bahwa aneka klaim aneh tersebut tidak terbukti terkait langsung dengan vaksinasi Covid-19 merek AstraZeneca, namun akan tetap dicatat di kartu kuning kalau-kalau suatu saat terbukti terkait.
Diberitakan sebelumnya, vaksin AstraZeneca berisiko menyebabkan pembekuan darah yang berisiko mematikan.
Sejauh ini, regulator Inggris telah mencatat potensi efek samping vaksin AstraZeneca mulai dari efek samping umum seperti nyeri otot, sakit kepala hingga demam yang bisa sembuh sendiri.
Sementara masalah kesehatan lebih serius seperti stroke, serangan jantung dan sepsis juga terjadi meski disebut tak berkaitan langsung dengan suntikan vaksinasi.
Baca Juga: Kemenkes Sebut Tidak Ada Efek Samping Berat Pada Vaksinasi Atlet
MHRA juga mengatakan, skema kartu kuning merupakan mekanisme di mana siapa pun dapat secara sukarela melaporkan reaksi merugikan setelah vaksinasi AstraZeneca.
Hanya saja perlu dicatat, laporan kartu kuning tidak selalu berarti vaksin menyebabkan reaksi atau peristiwa merugikan yang telah terjadi.
"Kami meminta setiap kecurigaan untuk dilaporkan, meskipun pelapor tidak yakin apakah itu disebabkan oleh vaksin. Laporan skema ini dikenal sebagai dugaan reaksi merugikan (ADR). Banyak dugaan ADR yang dilaporkan pada tidak ada hubungannya dengan vaksin atau obat-obatan dan seringkali kebetulan terjadi sekitar waktu yang sama," tulis MHRA seperti yang dikutip dari Daily Mail, Selasa (23/3/2021).
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental