Suara.com - Uji coba vaksin AstraZeneca Covid-19 pada anak-anak dihentikan sementara selama regulator obat-obatan Inggris menyelidiki kemungkinan adanya hubungan dengan pembekuan darah langka pada orang dewasa.
Ilmuwan dari Universitas Oxford Andrew Pollard mengatakan uji klinis tidak mengalami masalah apa pun, tetapi mereka sedang menunggu informasi lebih lanjut tentang kasus tersebut.
"Kami menunggu informasi tambahan dari MHRA (Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency) tentang peninjauan kasus langka trombosis atau trombositopenia yang telah dilaporkan pada orang dewasa, sebelum memberikan vaksinasi lebih lanjut dalam uji coba," jelas Pollard, dilansir BBC, Rabu (7/4/2021).
Penangguhan dilakukan setelah seorang pejabat European Medicines Agency (EMA), dalam kapasitas pribadi, mengatakan tampaknya ada hubungan antara vaksinasi dengan pembekuan darah langka.
Ilmuwan berharap EMA dan regulator Inggris, MHRA, dapat memperbarui informasi dalam beberapa hari mendatang. EMA mengatakan komite keamanannya belum sampai pada kesimpulan dan saat ini sedang peninjauan.
MHRA pun sedang menyelidiki laporan kasus jenis bekuan darah langka, trombosis sinus vena serebral (CVST), yang dialami 30 orang dari 18,1 juta dosis vaksin yang diberikan hingga 24 Maret lalu. Ada tujuh kematian di antara 30 kasus tersebut.
Uji coba vaksin AstraZeneca-Oxford pada anak-anak ini telah dimulai sejak Februari. Tujuannya untuk menilai apakah suntikan menghasilkan respons imun yang kuat pada anak usia enam hingga 17 tahun.
Di sisi lain, Perdana Menteri Boris Johnson mendorong masyarakatnya untuk tetap mendapatkan vaksin Covid-19 AstraZeneca ini.
MHRA juga mengatakan bahwa vaksin ini masih lebih besar daripada risikonya.
Baca Juga: India Negara Pembuat Vaksin Covid-19 Terbesar, Kok Cakupannya Rendah?
"Pada vaksin Oxford-AstraZeneca, hal terbaik yang harus dilakukan adalah mendengarkan apa yang dikatakan MHRA, regulator kami," kata Johnson selama kunjungan ke pabrik manufaktur AstraZeneca di Macclesfield, Cheshire, Selasa (6/4/2021) kemarin.
Menurut Johnson, hal terbaik yang dapat dilakukan sekarang adalah memvaksinasi seluruh populasi Inggris.
"Itu kunci utamanya dan itulah yang akan saya anjurkan, nomor satu," pungkas Johnson.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah