Suara.com - Kasus harian Covid-19 dan angka penularan di Indonesia telah menunjukan penurunan selama hampir tiga bulan terakhir. Tren positif itu terjadi secara keseluruhan di wilayah Indonesia.
"Memang trennya positif secara keseluruhan Indonesia, terutama sejak minggu ketiga Januari sampai awal April. DKI Jakarta termasuk provinsi dengan tingkat kepatuhan tertinggi di Indonesia, selain Bali dan beberapa provinsi lain," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid Dr. Sonny Harry dalam konferensi pers daring, Jumat (16/4/2021).
Penurunan angka penularan tersebut tentu berdampak pada positivity rate juga. Sonny menyampaikan bahwa dibandingkan dua bulan lalu, saat ini positivity rate telah di bawah 20 persen.
"Positivity rate kita memang turun dari sekitar 25 sampai 27 persen, kira-kira dua bulan lalu. Sekarang di angka sekitar 11 sampai 14 persen. Memang terjadi perbaikan di antara yang dites, jumlah yang positifnya turun. Ini suatu hal yang bagus, tapi perlu diingat bahwa kita tetap dalam pandemik, bukan berarti jadi lengah," ujarnya.
Sonny menyampaikan, bahwa angka positivity rate Indonesia belum mencapai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan di bawah 5 persen.
Terlebih dalam seminggu terakhir angka kepatuhan masyarakat terkait protokol kesehatan kembali kendur. Satgas khawatir kondisi itu akan berdampak terhadap peningkatan kasus.
Sonny menyampaikan, DKI Jakarta jadi salah satu daerah yang tingkat kepatuhan masyarakat yang menurun. Dari semula 85 persen jadi sekitar 80 sampai 81 persen.
"Penurunan sedikit dibanding satu bulan lalu tentunya. Kami senantiasa mengingatkan teman-teman Satgas daerah, Kepala Dinas Kesehatan, maupun BPBD agar bisa memperhatikan bagaimana perubahan perilaku di masyarakat," ucapnya.
Saat ini, gelombang baru penularan Covid-19 tengah dialami beberapa negara di dunia. Menurut Sonny, kondisi itu menunjukan belum ada satu pun negara yang mampu mengendalikan sepenuhnya penularan virus corona.
Baca Juga: PB IDI: Sekolah Baru Bisa Dibuka Saat Positivity Rate Kurang dari 5 Persen
"Jadi kita harus hati-hati dengan mitigasi risiko, mengedepankan pentingnya kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Kita masih dalam tahap pandemi. Intinya kita jangan sampai kendor, jangan sampai lengah," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja