Suara.com - Sejak pandemi virus corona Covid-19, semakin banyak orang yang mulai peduli dengan kesehatan tubuh sendiri. Sayangnya, beberapa orang mungkin tidak bisa rutin pemeriksaan medis untuk mengetahui kondisinya sendiri.
Para ahli pun merekomendasikan pemeriksaan diri untuk beberapa masalah kesehatan. Bahkan ada banyak tes kesehatan cepat untuk mengevaluasi kondisi tubuh, mulai dari menahan napas hingga memegang pensil.
Bila ada perubahan kecil di salah satu atau beberapa tes kesehatan cepat ini, Anda mungkin perlu memeriksakannya ke dokter. Berikut ini dilansir dari Bright Side, tes kesehatan cepat.
1. Penglihatan
Anda bisa mengetahui indra penglihatan dalam kondisi baik atau tidak dengan menggunakan tes amsler grid. Tes amsler grid ini membantu mengidentifikasi degenerasi makula, suatu kondisi yang membuat penglihatan menjadi kurang tajam.
Degenerasi makula biasanya muncul di antara orang usia 50 tahun ke atas dan berkembang sangat cepat. Kondisi ini bisa menyebabkan kebutaan total.
Anda bisa melakukan tes amsler grid ini di ruangan yang terang. Letakkan gambar berada sejauh 14 hingga 16 inci dari mata. Jangan mencondongkan kepala ke depan atau ke samping maupun menyipitkan mata.
Tutup satu mata dengan tangan dan lihat titik di tengah grid tanpa berkedip selama 10 detik. Lakukan hal sama pada mata sebelahnya. Jika semua garis tetap terlihat rata tanpa distorsi, potongan atau bintik abu-abu, artinya retina Anda sehat.
Bila garis-garis yang ada dalam tes amsler grid terlihat melengkung di beberapa bagian atau semua, Anda harus memeriksakan penglihatan Anda ke dokter.
Baca Juga: 6 Efek Samping Vaksin AstraZeneca dan Berita Hits Kesehatan Lainnya
2. Daya tahan
Anda bisa mencari denyut nadi di pergelangan tangan dan hitunglah detaknya per menit. Kemudian, lakukan squat Sebanyak 20 kali dan hitung kembali denyut nadi Anda per menit.
Jika jumlah denyut nadi meningkat atau menurun terlalu banyak, sistem kardiovaskular Anda mungkin lemah dan perlu ke dokter untuk memeriksakan kondisinya.
3. Postur tubuh
Cobalah berdiri secara alami dan minta seseorang mengamati postur tubuh Anda. Jika punggung melengkung sebesar 45 derajat atau lebih dan panggul maju ke depan, postur tubuh ini menunjukkan adanya lengkungan tulang belakang yang serius dan mungkin Anda menderita kifosis.
Tulang belakang yang cekung juga menandakan tulang punggung yang tidak beres. Dalam kondisi ini, baiknya Anda memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia