Suara.com - Selama bulan Ramadhan, jumlah orang yang mengunjungi dokter untuk masalah pencernaan meningkat. Ini bisa jadi karena kebiasaan makan yang buruk selama jam non-puasa. Di antaranya makan berlebihan saat buka puasa, makan makanan tidak sehat, langsung tidur setelah sahur, makan terburu-buru, banyak minum minuman berkafein atau berkarbonasi, dan kurang minum cukup cairan.
Dilansir melalui Okadoc, puasa memiliki efek positif dan negatif pada sistem pencernaan kita. Ini dapat membantu meringankan beberapa gangguan kesehatan, tetapi juga dapat berkontribusi untuk menonjolkan beberapa gangguan.
Telah diamati bahwa banyak penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan dan gangguan pencernaan menghilang selama puasa, seperti:
- Gas dan kembung terkait dengan sindrom iritasi usus besar
- Perubahan gerakan usus
- Diare dan sembelit
Sedangkan beberapa masalah pencernaan dapat meningkat secara negatif karena puasa, dan disarankan mereka yang terkena dampaknya untuk memantau kondisi kesehatan mereka dan mematuhi beberapa kebiasaan jika mereka terinfeksi, seperti:
Maag
Sakit maag dapat diperburuk akibat asam lambung kembali ke sistem pencernaan selama periode puasa. Kebanyakan penderita heartburn dapat berpuasa tanpa menghadapi masalah apapun jika dapat mengontrol gejalanya dengan mengonsumsi antasida.
Sakit maag dan tukak lambung
Bagi orang yang menderita maag, tidak bisa berpuasa sampai maagnya sembuh dan semua faktor yang meningkatkan penyakit maag hilang.
Oleh karena itu pasien yang menderita silent ulcers atau yang pernah mengalami perdarahan akibat maag harus menghentikan puasa karena dapat mengakibatkan eksaserbasi perdarahan atau maag.
Penyakit hati
Sementara pasien yang menderita penyakit hati kronis dapat berpuasa tanpa risiko setelah berkonsultasi dan mendapat persetujuan dokter, mereka yang menunjukkan gejala gagal hati dapat terpengaruh secara negatif dengan berpuasa dan sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Sembelit
Hal ini disebabkan minimnya konsumsi sayur, karena masyarakat lebih memilih mengonsumsi lebih banyak daging dan ayam untuk berbuka puasa. Ini menghasilkan defisit serat dalam makanan, yang berkontribusi pada sembelit.
Baca Juga: Menunggu Waktu Berbuka Puasa di Jakarta Aquarium
Untuk menghentikan sembelit, disarankan untuk menambah jumlah sayuran dan buah-buahan dalam makanan Anda.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis