Suara.com - Penelitian terbaru oleh Covid Symptom Study menjelaskan lebih detail mengenai efek samping suntikan kedua vaksin Pfizer. Para peneliti mengatakan efek samping setelah suntikan kedua vaksin Pfizer justru lebih banyak.
Mereka menemukan 1 dari 5 orang telah melaporkan bahwa mereka mengalami satu efek sistemik setelah suntikan kedua vaksin Pfizer.
Efek samping sistemik akibat vaksin Pfizer, termasuk sakit kepala, demam, panas dingin, kelelahan, nyeri otot, nyeri sendi, diare dan mual.
Demikian pula, 7 dari 10 orang mengalami efek samping local setelah suntikan kedua vaksin Pfizer. Efek samping terlokalisasi, termasuk rasa sakit dan bengkak di area suntikan, tepatnya di lengan atas.
Sedangkan, efek samping terlokalisasi lainnya akibat vaksin Pfizer, termasuk:
- Kemerahan
- Rasa gatal
- Pembengkakan kelenjar getah bening di ketika
Efek samping vaksin Pfizer ini dinggap sebagai respons sistem kekebalan tubuh. Meskipun Anda mungkin merasa kesakitan akibat kondisi tersebut, tapi semua efek samping itu tanda bahwa sistem kekebalan bekerja keras melindungi Anda dari virus corona Covid-19.
Sebagian besar reaksi terhadap suntikan pertama maupun kedua vaksin Covid-19 biasanya terjadi dalam 2 hari pertama suntikan.
Menariknya, penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang pernah mengalami infeksi virus corona Covid-19 lebih mungkin mengalami banyak efek samping setelah suntik vaksin.
Namun dilansir dari Express, Anda tidak perlu khawatir mengenai efek samping apapun setelah suntik vaksin Covid-19 pertama maupun kedua. Karena, sistem kekebalan Anda masih belajar untuk merespons virus.
Baca Juga: Virus Corona Menyerbu Pelosok, Dukun di Pedesaan India Laris Manis
Jadi, Anda tak perlu khawatir bila tidak mengalami efek samping apapun. Penelitian yang dipimpin oleh ahli epidemiologis Inggris Tim Spector, menyoroti bahwa Anda masih bisa tertular virus corona setelah vaksinasi.
"Kami juga masih belum tahu seseorang yang sudah suntik vaksin Covid-19 masih bisa menularkan virus corona atau tidak, meski mereka sendiri tida terinfeksi virus tersebut," kata tim peneliti.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!