Suara.com - Perubahan iklim seiring waktu akan semakin mambahayakan kehidupan semua makhluk hidup. Ilmuwan telah membuat skenario terburuk dari perubahan iklim, yakni yang mungkin terjadi pada 2050 mendatang.
Udara tercemar, membuat kita semua batuk. Kita harus memeriksa kualitas udara terlebih dahulu sebelum membuka jendela.
Saat pergi keluar, mata akan berair dan kita harus memakai masker setiap hari. Jika hari sedang buruk, kita harus memakai masker berteknologi tinggi, itu pun jika mampu membelinya.
Tergantung tempat tinggal, suhu bisa mencapai 60 derajat Celcius selama lebih dari sebulan setiap tahun. Di toilet umum, kita harus membayar mahal hanya untuk mengganti air.
Ada beban mental untuk hidup di dunia yang terasa seperti rintangan berbahaya. Orang-orang merasa putus asa dan membenci generasi sebelumnya karena kurangnya tindakan pencegahan.
Skenario kasus terburuk ini adalah bagaimana kehidupan akan terjadi jika tidak ada kemajuan yang dibuat dalam memperlambat efek rumah kaca untuk mengurangi perubahan iklim, menurut Christiana Figueres dan Tom Rivett-Carnac dalam bukunya berjudul "The Future We Choose: The Stubborn Optimist’s Guide to the Climate Crisis".
Untuk menghindari masa depan seperti itu, Figueres dan Rivett-Carnac, dua arsitek utama Perjanjian Paris, mengatakan dunia harus memangkas setengah emisi gas rumah kaca setiap 10 tahun.
"Jadi pengurangan 50 persen pada 2030, 50 persen lagi pada 2040, 50 persen lagi pada 2050," kata Rivett-Carnac, dilansir CNBC.
Apabila hal itu dilakukan, masa depan pada 2050 akan menjadi sangat berbeda.
Baca Juga: Demi Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca, Sarana Jaya Bagikan Ribuan Lidah Mertua
"Jika kita dapat mendekarbonisasi ekonomi kita dengan cepat, mendekati nol pada pertengahan abad, kita dapat memelihara planet yang layak huni dan ekonomi yang dinamis pada saat yang sama," ujar Michael E. Mann, profesor ilmu atmosfer di Penn State.
Di masa depan, tulis Figueres dan Rivett-Carnac, jalan-jalan kota akan memiliki lebih banyak pohon dan lebih sedikit mobil.
Dibandingkan menggunakan bahan bakar fosil, banyak negara akan mengandalkan energi terbarukan, seperti angin, matahari, panas bumi, dan hidro. Sementara kecerdasan buatan dalam mesin dan peralatan akan membuatnya lebih hemat energi.
"Udara akan menjadi lebih bersih daripada sebelum Revolusi Industri," tulis rekan penulis.
Orang-orang di masa depan juga tidak akan makan daging atau susu. Bahkan, generasi mendatang tidak akan percaya bahwa generasi sebelumnya biasa membunuh hewan untuk dimakan.
Manusia akan makan produk yang bersumber secara lokal dari pertanian daripada berbelanja di toko grosir besar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
Terkini
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!