Suara.com - Pakar kesehatan di Indonesia menyebut kebijakan lepas masker bagi yang sudah divaksinasi di Amerika Serikat tak bisa diterapkan di Indonesia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bahwa setidaknya ada lima perbedaan dan alasan yang membuat kebijakan tersebut tak bisa diterapkan di Indonesia. Alasannya beragam, mulai perbedaan vaksin COVID-19 yang digunakan hingga cakupan vaksinasi.
Pengertian Vaksinasi Lengkap
Kebijakan di Amerika Serikat ini menyebutkan, bahwa mereka yang sudah divaksin secara penuh dapat beraktivitas tanpa menggunakan masker dan menjaga jarak, kecuali jika ada aturan lokal lain.
Bila ditelaah, yang dimaksud sudah divaksinasi secara penuh adalah bila sudah 2 minggu setelah penyuntikan dosis ke 2 vaksin Pfizer atau Moderna, atau 2 minggu sesudah penyuntikan dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson.
Di luar itu, dianggap belum divaksinasi secara penuh dan tetap harus pakai masker dan menjaga jarak.
Vaksin COVID-19 yang Digunakan
Di Indonesia sendiri masih memakai vaksin produk Sinovac dan AstraZeneca. Satu lagi yang telah mendapat izin EUA BPOM untuk adalah vaksin Sinopharm.
Vaksin Johnson & Johnson, Pfizer, dan Moderna hingga saat ini belum digunakan di Indonesia.
Baca Juga: Lepas Masker Asal Sudah Divaksin Belum Bisa Diterapkan Indonesia, Kenapa?
Cakupan Vaksinasi
Data CDC pertanggal 15 Mei 2021 menunjukkan, sudah ada sekitar 268 juta dosis vaksin COVID-19 yang disuntikkan di Amerika Serikat.
Sebelumnya, data pada 14 Mei 2021 menunjukkan bahwa sekitar 155,3 juta orang di negara tersebut sudah menerima vaksinasi satu kali, dan sekitar 120,3 juta orang sudah divaksinasi lengkap dua kali dengan vaksin Pfizer dan Moderna, serta satu kali dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson.
Secara data, cakupan vaksinasi di AS sudah 59 persen penduduk yang divaksin setidaknya satu kali. Presiden Joe Biden menargetkan 70 persen orang dewasa akan divaksin pada 4 Juli mendatang.
Saat ini, setiap harinya dilakukan penyuntikan 1,95 juta dosis vaksin seharinya di Amerika Serikat, bahkan sampai 3,38 juta dosis sehari pada 13 April 2021 yang lalu.
Tren Kenaikan Kasus COVID-19
Berita Terkait
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
-
Daftar 39 Negara yang Sudah Lolos ke Piala Dunia 2026, Banyak Kejutan
-
Impor Minyak dari AS Dimulai Desember, Pertamina Bakal Diizinkan Beli Tanpa Lelang?
-
Bocoran Dirut IBL, Sebut 16 Pemain Asing Sudah Terdaftar, Didominasi dari Amerika Serikat
-
Tinggi 2,33 Meter, Olivier Rioux Catat Rekor sebagai Pebasket Tertinggi dalam Sejarah NCAA
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja