Suara.com - Mengelupas keropeng menjadi hal biasa karena tangan yang 'gatal', tetapi jika sampai mengelupas kulit sehat dan dilakukan terus-menerus, kemungkinan hal ini menjadi tanda bahwa orang tersebut memiliki gangguan mental.
Kebiasaan mengelupas, mengingit, hingga mencakar kulit disebut sebagai gangguan eksoriasi atau dermatillomania, penyakit mental yang berakitan dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
"Kita smeua terkadang mengelupas kulit, tetapi bagi orang dengan kelainan pengelupasan kulit sangat sulit untuk berhenti," kata Lisa Zakhary, MD, Ph.D., direktur medis Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH) Pusat OCD.
Zakhary mengatakan bahwa penderita gangguan ini bisa mengelupas kulit di wajah, punggung, lengan, tungkai, tangan, dan kaki. Biasanya penderita menggunakan kuku untuk melakukannya, tulis Vogue UK.
Psikolog Jenny Yip, pendiri Renewed Freedom Center, menambahkan bahwa gangguan pengelupasan kulit merupakan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh. Ini juga mencakup kebiasaan seperti menggigit kuku, mengelupas bibir, dan trikotilomania.
Tanda yang terlihat dari gangguan eksoriasi adalah banyaknya lesi kulit sekunder, seperti goresan, bisul, atau keropeng, tanpa adanya penyakit kulit primer.
"Pengelupasan kulit kronis dapat menyebabkan kebiasaan atau siklus gatal atau menggaruk yang tidak ada habisnya, kerusakan dan infeksi kulit, banyak stigmata estetika, seperti hiperpigmentasi, penebalan kulit reaktif, dan nodul pemetik," jelas evan Rieder, dokter kulit NYU Langone.
Umumnya keinginan untuk mengelupas kulit muncul saat melihat kulit yang dirasa tidak sempurna.
"Jika mereka melihat sesuatu yang terlihat tidak sempurna, misalnya seperti bintil di kulit, mereka akan terdorong untuk mengelupasnya," kata Yip.
Baca Juga: Viral Wanita Bongkar Biaya Perawatan Kulit, Tahu Harganya Bikin Menjerit
"Rasanya mirip seperti Anda punya keropeng yang siap lepas, dan Anda memiliki keinginan kuat untuk menghilangkannya," sambung Yip.
Sebenarnya, penderita gangguan ini akan merasa bersalah dan malu setelah mengelupas kulit. Biasanya ini terjadi ketika ia sudah melakukannya hingga berdarah.
"Oleh karenanya, ketika itu benar-benar terjadi dan mencapai titik pendarahan, ada banyak rasa malu dan bersalah. Ini menjadi lingkaran setan karena perasan tersebut dapat memicu keinginan untuk mengelupas kulit lagi," pungkas Yip.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan