Suara.com - Hipertensi termasuk penyakit yang dapat diderita segala usia. Artinya, hipertensi bisa dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak.
Tetapi bedanya, kebanyakan orang dewasa yang mengidap hipertensi perlu minum obat seumur hidup untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Kondisi itu belum tentu terjadi pada anak-anak.
Ahli Nefrologi Anak Dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A. menjelaskan hipertensi pada anak dibagi dua, yaitu primer dan sekunder.
Untuk hipertensi sekunder, umumnya anak tidak harus minum obat seumur hidup karena tekanan darah bisa kembali normal.
"Hipertensi sekunder artinya hipertensi itu disebabkan penyakit organ lain. Maka ketika penyakit dasar sudah diperbaiki, hipertensi akan hilang. Kita tidak perlu mengobati seumur hidup, hanya perlu mengobati masalah utama (penyakitnya)," jelas dokter Eka dalam siaran langsung bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis (20/5/2021).
Ia mencontohkan, anak yang didiagnosa sakit jantung bawaan, kelaianan ginjal, ataupun hidrosefalus berpotensi alami tekanan darah tinggi. Sehingga pengobatan utama bukan pada hipertensi, tetapi pada penyakit bawaan yang pertama kali terdiagnosa.
"Sehingga kalau kita dalam masa memperbaiki penyakit dasarnya, kita berikan obat anti hipertensi. Tapi jika penyakit utamanya teratasi, hipertensi akan membaik. Jadi kita bisa menghentikan obat," ucapnya.
Berbeda dengan hipertensi primer yang biasanya baru dialami pada anak berusia 13 tahun ke atas. Dokter Eka menjelaskan, hipertensi primer umumnya terjadi akibat pola hidup yang tidak sehat.
Anak dengan orangtua yang memiliki penyakit hipertensi juga berisiko lebih besar alami sakit yang sama jika pola hidupnya tidak terkontrol.
Baca Juga: Diagnosis Hipertensi Tak Bisa Hanya dengan Sekali Pengukuran Tekanan Darah
Seperti orang dewasa, komplikasi akibat hipertensi primer pada anak juga sama bahayanya. Dibandingkan orang normal, pengidap hipertensi empat kali lipat berisiko alami stroke dan dua kali lipat terjadi serangan jantung.
"Risiko stroke empat kali lipat itu berlaku juga pada anak-anak yang hipertensi primer. Apalagi jika tidak diketahui dan tidak diobati, hipertensi tentu membahayakan untuk pembuluh darah otaknya dan itu bisa mengakibatkan stroke," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?