Suara.com - Dalam sebuah penelitian pada lebih dari 500 ribu peserta menunjukkan bahwa kaitan tekanan darah dengan demensia bisa berbeda antara perempuan dan laki-laki. Hal ini dinyatakan oleh para peneliti dari George Institute yang menemukan bahwa hubungan tekanan darah dengan demensia pada pria dan wanita sebenarnya tidak sama.
Melansir dari Medical Xpress, studi tersebut menunjukkan bahwa tekanan darah rendah dan tinggi dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih besar pada pria. Tetapi bagi perempuan, risiko demensia meningkat seiring dengan peningkatan tekanan darah.
"Hasil kami menunjukkan pendekatan yang lebih disesuaikan untuk mengobati tekanan darah tinggi agar bisa lebih efektif dalam mencegah kasus demensia di masa depan," kata Penulis utama Jessica Gong.
Demensia dengan cepat menjadi epidemi global. Penyakit tersebut saat ini memengaruhi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Kondisi ini diprediksi menjadi tiga kali lipat pada tahun 2050.
Dengan tidak adanya terobosan pengobatan yang signifikan, maka untuk penyakit demensia para ilmuan lebih terfokus pada pengurangan risiko pengembangan penyakit. Dalam hal ini, faktor risiko kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi diakui sebagai kontributor berbagai jenis demensia.
Pada studi ini, para peneliti menemukan bahwa status merokok saat ini, diabetes, tingkat lemak tubuh yang tinggi, pernah mengalami stroke sebelumnya, dan status sosial ekonomi yang rendah terkait dengan risiko demensia yang lebih besar pada tingkat yang sama pada perempuan maupun laki-laki.
Tetapi ketika berbicara tentang tekanan darah, hubungan dengan risiko demensia di antara kedua jenis kelamin berbeda.
"Perbedaan biologis antara perempuan dan pria mungkin menjelaskan perbedaan jenis kelamin yang kami lihat dalam hubungan antara tekanan darah dan risiko demensia," kata Gong.
"Tapi mungkin juga ada perbedaan dalam perawatan medis untuk hipertensi. Misalnya, perempuan cenderung tidak menggunakan obat seperti yang diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan mereka daripada pria," imbuhnya.
Baca Juga: Hipertensi Berpotensi Merusak Banyak Organ Tubuh Manusia
Meskipun tidak ada pengobatan yang efektif untuk demensia, mencoba mengurangi beban penyakit dengan mendorong gaya hidup yang lebih sehat adalah prioritas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!