Suara.com - Kadar oksigen yang rendah menjadi salah satu komplikasi parah yang bisa dialami pasien virus corona Covid-19. Penelitian juga menunjukkan sesak napas dan kadar oksigen rendah sebagai salah satu masalah utama yang dihadapi pasien Covid-19 selama gelombang kedua.
Secara statistik dilansir dari Times of India, kurang dari 10 persen pasien virus corona Covid-19 membutuhkan alat bantu oksigen, yang bisa membantu meringankan gejalanya.
Beberapa pasien Covid-19 membutuhkan alat bantu oksigen, karena virus corona bisa menyebabkan peradangan yang meluas di organ-organ vital. Tingkat oksigen yang berfluktuasi atau penurunan tingkat saturasi biasanya dihasilkan dari hal yang sama.
Peradangan pada paru-paru dan saluran pernapasan bisa mengurangi aliran darah beroksigen dalam tubuh, membuat pasien terengah-engah. Penurunan kadar oksigen dalam tubuh ini juga bisa membuat penderita mengalami gejala, seperti:
- Dada nyeri dan sesak
- Napas pendek dan kesulitan bernapas
- Kelemahan dan kelelahan
- Kesulitan berbicara
- Tidak mampu berdiri tegak
- Terlihat pucat dan perubahan warna pada wajah serta tubuh
Umumnya, orang memiliki tingkat saturasi oksigen normal antara 94-99 persen untuk setiap individu. Ketika virus menyebabkan peradangan, kondisi ini mengakibatkan obstruktif dan tidak memfasilitasi pernapasan serta suplai oksigen, yang menyebabkan penurunan tingkat saturasi.
Ketika kadar SPo2 turun di bawah 93 persen, tandanya seseorang membutuhkan terapi oksigen. Oksigen medislah yang dibutuhkan pasien untuk mengatasi kondisinya.
Terkadang, penggunaan oksigen tambahan juga diperlukan ketika beberapa gejala pernapasan mulai berkembang dan menjadi parah. Misalnya, pasien yang menderita virus corona mungkin juga memerlukan terapi oksigen ketika sesak napas menjadi parah.
Jadi, banyaknya kebutuhan oksigen pasien ini tergantung pada tingkat saturasi oksigennya dan tingkat keparahan gejala. Protokol manajemen klinis menunjukkan bahwa pasien membutuhkan aliran oksigen 5L / menit. Namun, beberapa pasien mungkin juga menggunakan oksigen yang lebih sedikit (2-3L / menit).
Terapi oksigen kanula hidung aliran tinggi atau ventilasi non-invasif / invasive bisa dipertimbangkan, bila pasien mengalami kesulitan mengatasi aliran oksigen normal yang biasanya terlihat pada pasien Covid-19 parah atau kritis.
Baca Juga: Jangan Abaikan, 3 Gejala Ini Pertanda Virus Corona Covid-19 Kian Memburuk!
Tapi, berapa lama pasien Covid-19 membutuhkan alat bantu oksigen?
Karena oksigen sangat penting untuk menjalankan fungsi vital tubuh, pasien virus corona Covid-19 yang mulai mengalami penurunan tingkat kejenuhan harus segera menggunakan terapi oksigen. Terapi ini bisa dilakukan di rumah bila gejalanya masih terkontrol.
Sedangkan, tabung oksigen dan konsentrator adalah beberapa alat yang membantu menambah suplai oksigen dalam tubuh. Umumnya, pasien yang membutuhkan alat bantu ini didorong menggunakan oksigen setiap jam atau lebih dan setiap kali mereka merasakan penurunan kadar oksigen.
Terapi tabung oksigen ini juga mungkin diperlukan pasien setelah pemulihan, karena tubuhnya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menstabilkan dan mempertahankan kadar oksigen normal.
Jika kebutuhan oksigen pasien terus meningkat meski sudah menggunakan oksigen eksternal atau mulai menunjukkan gejala sesak napas serta nyeri dada, itu artinya pasien butuh perawatan di rumah sakit.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif