Suara.com - Penyakit tidak menular atau PTM merupakan penyakit yang tidak dapat ditularkan ke orang lain melalui bentuk kontak apapun, karena bukan disebabkan oleh virus maupun bakteri. PTM muncul dalam jangka waktu yang panjang, sebagai akibat perilaku gaya hidup yang tak sehat.
Meski tidak menular, PTM menempati urutan yang cukup besar sebagai penyebab kematian terbanyak.
“Yang pertama penyakit jantung koroner yang menyumbang 36,9 persen dari kematian terbanyak, lalu kanker 9,7 persen, diabetes mellitus dengan komplikasi 9,3 persen, tuberkulosis 5,9 persen, dan penyakit paru obstruktif kronis 2,9 persen,” kata Koord. Program PTM Puskesmas Cilandak, dr. Helena Trinina. S, pada acara webinar Pengendalian Penyakit Tidak Menular Pasca Lebaran, Rabu (19/5/2021).
Dan yang lebih miris, selain menyumbang kematian terbanyak, PTM juga mengambil pembiayaan kesehatan terbesar dalam sistem jaminan kesehatan nasional. Misalnya saja, penyakit jantung sebesar Rp 10,5 triliun, kanker Rp 3,4 triliun, stroke Rp 2,5 triliun, dan gagal ginjal Rp 2,3 triliun.
Namun untungnya, kita bisa mencegah PTM. Dikatakan dr. Helena bahwa PTM umumnya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Orang yang mengalami penyakit tidak menular sebesar 80 persen akibat gaya hidup.
Faktor risiko PTM ada dua, yaitu yang tidak bisa diubah dan yang bisa diubah. “Yang tidak bisa diubah itu ada tiga, yakni usia, jenis kelamin, atau keturunan dari orang tua, saudara, atau kakek neneknya,” ungkap dr. Helena.
“Kita bisa mencegahnya dengan tidak merokok, kurangin aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, obesitas, darah tinggi, dan prediabetes. Nah prediabetes ini jika tidak bisa dicegah, bisa menjadi diabetes yang berkomplikasi,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, menurut Head of health program ACT dr. M. Riedha, BMedsci, MSc, penyakit tidak menular terjadi pada negara dengan berpendapatan rendah menengah, salah satunya Indonesia.
“Sebetulnya, 4 di antara 5 orang dengan PTM berasal dari negara berpendapatan rendah menengah, salah satunya Indonesia,” ungkapnya.
Baca Juga: Kemenkes: Cegah Keparahan Covid-19 Lewat Deteksi Penyakit Tidak Menular
“Ini hanya contoh, tapi banyak gaya hidup yang tidak sehat. Seperti jajanan di pinggir jalan. Saya bukan menilai buruk, tapi ada beberapa yang memakai bahan seperti boraks,” ungkap dr. M. Riedha.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja