Suara.com - Efek samping setelah vaksinasi atau yang dikenal juga dengan istilah kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) disebut bisa diminimalisir dengan mengonsumsi jamu atau obat herbal tertentu sebelum vaksinasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua ASRI Urology Center RS Siloam Dr. dr. Nur Rasyid. Kata Rasyid, berdasarkan pengalamannya, banyak orang merasa khawatir dengan KIPI, lalu memilih mengurangi efeknya dengan mengonsumsi jamu.
"Berdasarkan pengalaman dari orang-orang yang khawatir dengan efek vaksin lalu meminta jamu, itu tujuannya untuk mengurangi efek dari vaksin," katanya berbicara dalam webinar perayaan Hari Jamu Nasional, Minggu (30/5/2021).
"Iya (jamu) meminimalir KIPI dan mempercepat respon tubuh antibodinya," imbuhnya lagi.
Ia mengatakan, hal tersebut bukan berarti bahwa dengan mengonsumsi jamu, maka seseorang akan terhindar dari KIPI sama sekali.
"Kita tahu beberapa orang yang divaksinasi ada efek kadang pegal, lemas, atau panas. Jamu itu berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sehingga usai divaksin, efeknya tidak terjadi. Atau bahkan kalau terjadi efeknya ringan," ucapnya.
Sebelumnya Ketua Komnas KIPI prof. Hindra Irawan telah menjelaskan bahwa efek samping pasca imunisasi atau vaksinasi sebenarnya suatu reaksi yang wajar.
Efek samping seperti demam, pegal, juga mengantuk justru menjadi tanda bahwa tubuh bereaksi terhadap vaksin untuk menciptakan antibodi. Adanya reaksi ringan setelah imunisasi juga jadi pertanda bahwa vaksin berfungsi.
"Seseorang kalau flu, penyakitnya kan ringan, tapi ingin tidur terus, lemas, tidak nafsu makan, sakit otot, sakit sendi, pusing, mual, itu reaksi radang di mana tubuh tertentu bereaksi dengan benda asing yang masuk untuk mengadakan reaksi kekebalan. Demikian pula dengan pemberian vaksin," paparnya.
Baca Juga: IDI Balikpapan Menyelidik Kasus Guru Honorer Meninggal Usai Divaksin
Berbagai efek samping itu juga telah diperkirakan sejak vaksin dalam tahap uji coba. Meski begitu, vaksin tidak mungkin diedarkan ke publik jika keamanannya belum terjamin.
"Kejadian seperti itu sudah dicatat sejak masih masa preklinik pembuatan vaksin. Semuanya dicatat, kalau dirasa aman barulah (vaksin) dikeluarkan," ujar Hindra.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa perlu dua bukti untuk memastikan vaksin jadi penyebab munculnya efek samping usai diimunisasi.
"Pertama konsep antara waktu kejadian dan pemberian. Waktu pemberian dan terjadinya kejadian sangat penting, disuntik jam berapa, tanggal berapa, dan kejadian awal yang terjadi. Bukti kedua, enggak ada bukti lain. Jadi hanya itu yang menyebabkan, baru kita sebut terkait imunisasi," jelasnya.
Menurut Hindra, ada kemungkinan efek samping atau KIPI disebabkan penyakit lain yang dialami penerima vaksin. Karena itu diperlukan investigasi dengan data-data yang lengkap untuk membuktikan keterkaitan KIPI dengan imunisasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!