Suara.com - Bangun pagi dengan mengandalkan alarm seringkali dimanfaatkan orang agar tidak terlambat. Karenanya wajar jika bunyi nyaring kerap dipilih sebagai nada alarm.
Akan tetapi penelitian membuktikan bahwa jenis nada alarm bisa mempengaruhi kondisi tubuh saat bangun. Sebuah studi baru menemukan banyak jenis nada alarm tertentu berisiko sebabkan 'kelambanan tidur' atau inersia, perasaan grogi dan kurangnya kewaspadaan karena belum siap untuk bangun.
Tim dari RMIT University menambahkan, sleep inertia adalah fenomena fisiologis yang bisa bertahan hingga empat jam, di mana pun manusia tidur.
Sementara kafein, cahaya, dan mandi air panas dapat menyembuhkan pening di pagi hari, para peneliti menemukan bahwa suara-suara tertentu juga mengurangi inersia tidur. Studi mereka mengungkapkan nada dengan melodik, apa pun genre musiknya, lebih efektif mengurangi inersia tidur dibandingkan dengan alarm bip tidak melodi.
Penulis studi mendefinisikan musik melodik sebagai segala sesuatu yang mudah untuk dinyanyikan atau disenandungkan.
Untuk mempelajari seberapa efektif bangun tidur dengan musik, penulis penelitian merancang aplikasi khusus untuk memungkinkan peserta bangun dengan suara alarm yang berbeda di ponsel. Setelah bangun, peserta harus segera memulai aktivitas seperti permainan untuk mengukur kewaspadaan.
Peserta harus menyentuh ponsel mereka secepat mungkin ketika warna bentuk tertentu berubah.
“Suara alarm melodi membuat peserta memiliki respons yang lebih cepat dan akurat, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang bangun menggunakan suara alarm klasik tanpa melodi,” tim menulis dalam rilis universitas, dikutip dari Study Finds.
Tentu saja, tidak semua orang bisa bangun pada waktu yang telah ditentukan atau bahkan memilih suara yang mereka dengar.
Baca Juga: Serahkan Bantuan Palestina Lewat ACT, Pemkab Serang Bangun Sumur Wakaf
“Kami meninjau semua penelitian yang tersedia tentang desain alarm suara dan kebangkitan pada kelompok usia yang berbeda. Ini mengungkapkan bahwa dalam skenario darurat, anak-anak juga menerima bagaimana desain suara alarm memengaruhi keadaan bangun mereka," tulis para peneliti.
Peneliti Stuart McFarlane dan tim menambahkan alarm bernada rendah atau bahkan suara manusia tampaknya lebih efektif dalam mengurangi inersia tidur daripada alarm atau sirene berfrekuensi tinggi. Anak-anak dalam penelitian mereka menunjukkan waktu respons dan keterampilan memori yang lebih baik ketika mendengar suara frekuensi rendah.
Para peneliti percaya alasannya karena ada hubungannya dengan cara suara diproses oleh telinga bagian dalam dan otak. Studi sebelumnya telah menemukan bahwa musik mengaktifkan daerah otak tertentu yang mengontrol perhatian. Namun, para ilmuwan masih berusaha mencari tahu bagaimana dan mengapa ini terjadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru