Suara.com - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa diet keto mungkin bisa membantu pasien dengan kanker. Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang diterbitkan pada jurnal Frontiers in Nutrition.
Melansir dari Healthshots, laporan tersebut merupakan evaluasi pertama penggunaan terapi ketogenik (KMT) pada pasien dengan kanker. Terapi ketogenik adalah pendekatan nutrisi non-toksik, dipandang sebagai pelengkap atau alternatif yang menggunakan diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak untuk mengelola berbagai jenis kanker, termasuk glioblastoma (GBM).
Dalam kasus khusus ini, tumor pasien mengandung mutasi yang dikenal sebagai IDH1. Mutasi ini diperoleh secara kebetulan dan diketahui meningkatkan kelangsungan hidup secara keseluruhan. Jadi temuan ini sangat relevan dengan pasien lain yang tumornya mengandung mutasi ini.
Menurut Profesor Biologi Boston College, Thomas Seyfried, ia telah lama menganjurkan manfaat KMT untuk mengobati penyakit.
"Karena GBM, seperti kebanyakan kanker ganas, bergantung pada fermentasi untuk sintesis energi dan kelangsungan hidup, pembatasan simultan bahan bakar yang dapat difermentasi, seperti glukosa dan glutamin, sambil meningkatkan badan keton yang tidak dapat difermentasi, menawarkan strategi terapi tidak beracun untuk mengelola GBM," kata Seyfried.
"Studi lebih lanjut akan diperlukan untuk menguji hipotesis ini pada pasien lain yang didiagnosis dengan GBM," imbuhnya.
Pasien, dalam kasus ini didiagnosis menderita glioblastoma pada tahun 2014 dan menghindari standar perawatan tradisional dan malah memulai diet ketogenik mandiri dalam upaya mengelola kankernya.
Para peneliti menemukan tumor pasien terus tumbuh sangat lambat selama periode tiga tahun tanpa edema vasogenik yang diharapkan hingga 2017.
"Setelah operasi, pasien melanjutkan dengan diet ketogenik yang dilakukan sendiri untuk mempertahankan nilai Glucose Ketone Index (GKI) yang rendah, yang mengindikasikan ketosis terapeutik," para peneliti melaporkan.
Baca Juga: Hits: Buang Air Besar Tanda Kanker Usus Hingga Pasien Diabetes Alami Gangguan Tidur
"Kami terkejut mengetahui bahwa KMT dapat bekerja secara sinergis dengan mutasi IDH1 untuk secara bersamaan menargetkan dua jalur metabolisme utama yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan GBM," kata Seyfried.
Meskipun begitu, para peniti menegaskan bahwa penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah