Alat oksimetri bekerja dengan mengirimkan cahaya inframerah ke kapiler jari, kaki atau daun telinga, untuk mengukur berapa banyak cahaya yang dipantulkan dari oksigen yang ada dalam darah.
Proses deteksi oksigen dalam darah ini dikenal dengan tingkat SpO2. Tidak seperti pada tes ABG, dengan oksimetri nadi terdapat presentase kesalahan 2 persen, yang berarti hasil sebenarnya 2 persen lebih tinggi atau lebih rendah dari hasil yang ditunjukan.
Mengecek saturasi oksigen dengan oksimetri ini memang sedikit kurang akurat, tapi sangat cepat dan mudah dilakukan, jika ditujukan untuk tes cepat.
Tidak seperti tes ABG yang harus dilakukan pakar atau petugas medis, tes saturasi oksigen dengan oksimetri ini bisa dilakukan oleh orang awam, dan jadi perangkat rumah yang lebih fleksibel.
Tolok ukur saturasi oksigen normal dan tidak normal
Berdasarkan tes ABG, normalnya paru-paru sehat tingkat saturaksi oksigen berada di kisaran 80 hingga 100 milimeter air raksa (mmHG).
Sedangkan jika diukur dengan oksimetri, saturasi normal harus berada di angka 95 hingga 100 persen. Namun normalnya orang dengan masalah paru atau PPOK mereka harus mempertahankan angka 88 hingga 92 persen.
Adapun tes ABG, tingkat saturasi oksigen rendah apabila angkanya di bawah 80 mmHG, sedangkan dengan oksimetri harus jadi perhatian apabila angka SpO2 berada di bawah 95.
Baca Juga: Pengertian Tabung Oksigen, Fungsi, Manfaat, Ukuran dan Penggunaannya
Berita Terkait
-
Viral Sopir Lansia Tetap Kerja Meski Pakai selang Oksigen, Alasan di Baliknya Bikin Mewek
-
Terungkap! MisteriHilangnya Oksigen di Stadion GBK Saat Timnas Indonesia vs Bahrain
-
Viral Ojol Lansia Tetap Narik Meski Derita Gagal Ginjal dan Kenakan Selang Oksigen
-
Krisis Oksigen Mengancam Nyawa Pasien di Gaza Pasca Serangan Israel
-
Viral Sopir Angkot Bernapas Pakai Selang Oksigen, Publik Nangis: Tetap Berjuang Cari Nafkah!
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!