Suara.com - Kasus COVID-19 mengalami lonjakan besar-besaran yang berasal dari varian Delta. Muncul klaim yang menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca ampuh melawan varian Delta. Benarkah klaim itu?
Tim Spector seorang Profesor Epidemiologi Genetika di King’s College London menyatakan gejala yang timbul akibat infeksi varian Delta seperti flu yang parah.
Ada beberapa gejala yang paling banyak dilaporkan oleh penderita COVID-19 varian Delta, yaitu sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam. Jika Anda mengalami efek samping berat setelah menerima vaksin COVID-19, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
Terlepas dari risiko terjadinya efek samping setelah melakukan vaksinasi, AstraZeneca telah dinyatakan memenuhi standar internasional oleh WHO—baik dalam proses pembuatan, keamanan, dan efikasinya.
Benarkah Vaksin AstraZeneca Ampuh Melawan Varian Delta?
Dalam mencegah penyebaran COVID-19, maka masyarakat dihimbau untuk melakukan vaksinasi. Salah satu vaksin yang bernama AstraZeneca mengklaim bahwa menawarkan perlindungan dari Varian Delta, efikasi sebesar 92%.
Penelitian yang dilansir University of Oxford di server pre-print The Lancet, ditemukan bahwa Vaksin COVID-19 AstraZeneca memberikan kekebalan setidaknya selama satu tahun setelah dosis pertama.
Peneliti juga menemukan bahwa vaksin AstraZeneca memberikan respons imun yang kuat setelah interval dosis kedua yang diperpanjang hingga 45 minggu atau setelah dosis penguat ketiga. WHO merekomendasikan dosis vaksin ini sebesar 0,5ml untuk setiap kali suntik dan diberikan sebanyak dua kali untuk setiap orang.
Pasca-vaksinasi kita dapat merasakan beberapa efek yang muncul seperti, rasa lelah, diare, nyeri otot, demam, atau sakit kepala. Efek samping bersifat ringan dan dapat hilang dalam satu atau dua hari.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Perbedaan Varian Covid-19 Delta dan Kappa dari India
Vaksin AstraZeneca terbukti dapat menurunkan risiko munculnya gejala berat COVID-19, mencegah perburukan kondisi, dan mempersingkat durasi rawat inap apabila terinfeksi virus COVID-19.
Asal Penemuan Vaksin AstraZeneca
Vaksin ini ditemukan oleh Universitas Oxford dan perusahaan spin-outnya, Vaccitech. AstraZeneca menggunakan vector adenovirus simpanse.
Vaksin AstraZeneca telah memperoleh izin pemasaran bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 80 negara di enam benua. sebagai rejimen dua dosis yang diberikan terpisah empat hingga 12 minggu untuk orang dewasa berusia18 tahun ke atas.
170 negara telah memasok vaksin AstraZeneca dengan dosis lebih dari 600 juta, termasuk lebih dari 100 negara melalui COVAX Facility. Di Inggis, Vaksin COVID-19 AstraZeneca dikenal sebagai Vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Agar melindungi kita dari COVID-19 dan Varian Delta yang menyebabkan lonjakan kasus di Indonesia, maka alangkah baiknya kita semua vaksinasi dan tetap melakukan protokol kesehatan, tidak keluar rumah dan menaati PKKM yang akan mulai berlaku pada 3 Juli 2021.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Prabowo Disebut Reshuffle Kabinet Sore Ini! Ganti 4 Menteri, Menhan Rangkap Menkopolhukam
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien