Suara.com - Pandemi Covid-19, berdampak pada seluruh kelompok usia. Terlebih bagi usia anak, pandemi Covid-19 ini juga berpengaruh terhadap mentalnya.
Mereka harus berada di dalam rumah untuk menghindari virus corona. Sekolah tatap muka juga beralih menjadi online.
Tidak sedikit keluhan datang dari orangtua murid yang mengkhawatirkan anaknya terhadap perkembangan anaknya karena banyak beraktivitas dirumah.
Tapi, para orang tua tak perlu khawatir selama orang tua menerapkan pengasuhan/penderkatan yang tepat pada anak permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi pada anak dapat diatasi dengan baik.
Psikolog klinis, Patria Rahmawaty,S.Psi,M.MPd,Psi yang juga berprofesi sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi dan PNS membenarkan adanya perubahan psikologis anak dalam persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah nantinya.
"Mengingat anak-anak sudah lebih dari setahun melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring, dengan mengandalkan sambungan internet," tutur Rahma, psikolog klinis dari Siloam Hospitals Balikpapan dalam keterangannya.
Menurut Rahma, pada tahap ini anak cenderung bersikap egosentris hingga ada kecenderungan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain.
Salah satunya seperti saat ia melihat temannya melakukan sesuatu yang tidak dilakukan maka akan muncul perasaan rendah diri. Oleh karena itu anak diajak untuk peka pada keadan sekitarnya salah satunya saat nanti mulai pemebelajaran tatap muka.
"Anak harus dapat bersikap beradaptasi dengan situasi yang ada saat ini seperti taat prokes, menjaga kesehatan dan tetap fokus utk belajar. Anak diajak untuk dapat bersikap mandiri saat disekolah," kata dia.
Baca Juga: Target Vaksin Tak Tercapai, Warga Cemas Sambut HUT AS di Tengah Gempuran Varian Delta
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics Journal dan dilakukan di Hubei China serta melibatkan 2.330 anak sekolah yang membuktikan bahwa anak-anak usia sekolah yang mengalami karantina proses belajar akibat Covid-19 menunjukkan beberapa tanda-tanda tekanan emosional.
"Karena selama ini biasanya dilayani dirumah, jadi pada saat sekolah maunya dilayani juga, kemudian merasa dirinya lebih dibandingkan anak lain," papar Rahma.
Bahkan, penelitian lanjutan dari observasi tersebut menunjukkan 22,6 persen dari anak-anak yang di observasi mengalami gejala depresi dan 18,9 persen mengalami kecemasan. Hasil survei yang dilakukan oleh pemerintah Jepang juga menunjukkan hasil yang serupa, yaitu 72% anak-anak Jepang merasakan stress akibat Covid-19.
Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat, investigasi yang dilakukan oleh Centre for Disease Control (CDC) menunjukkan 7,1% anak-anak dalam kelompok usia 3 sampai 17 tahun telah didiagnosis dengan kecemasan, dan sekitar 3,2% pada kelompok usia yang sama menderita depresi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat