Suara.com - Sebagai warisan masyarakat Indonesia, kita perlu tahu sejarah jamu dari masa ke masa. Mulai dari sejarah Jamu zaman purba hingga jamu modern seperti saat ini.
Jamu atau obat tradisional berbahan alami jadi warisan budaya masyarakat Indonesia yang patut dibanggakan. Jamu juga kerap jadi minuman andalan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah sakit.
Berikut sejarah jamu dari masa ke masa, mengutip buku 'Cerita Jamu' karya Nova Dewi terbitan Yayasan Pikir Buat Nusantara:
Jamu Indonesia
Indonesia negara yang memiliki 16.056 pulau dengan 400 etnis dan etnis juga adalah negara dengan biodiversity tertinggi ketiga dunia.
Dari 40.000 jenis tanaman tropis yang tumbuh di dunia, sekitar 30.000 jenis tanaman tumbuh di Indonesia. Dengan kekayaan alam ini, nenek moyang orang Indonesia sudah terbiasa hidup dekat dengan alam dan memanfaatkan kebaikan alam, penggunaan jamu pun sudah berlangsung berabad-abad lalu.
Awal jamu di zaman purba
Tidak ada catatan yang pasti kapan dimulai tradisi jamu, ada yang meyakini bahwa ramuan herbal telah ada sejak zaman prasejarah zaman neolitikum, di mana manusia pada saat itu menggunakan batu yang diasah untuk bercocok tanam dan berternak.
Pada masa ini manusia purba telah mengolah tanaman untuk kehidupan sehari-hari, termasuk juga untuk pengobatan peninggalan zaman neolitikum dapat dilihat di Museum Nasional Jakarta.
Baca Juga: Lagi Program Hamil? dr Zaidul Akbar Anjurkan Minum Ramuan Herbal Ini
Kata jamu sendiri berasal dari kata jampi dalam bahasa Jawa yang artinya doa dan usaha, yang berarti kesehatan.
Tradisi jamu juga telah berlangsung lama di kerajaan-kerajaan di Jawa yang dalam perkembangannya, juga mendapat pengaruh kebudayaan asing seperti Arab India dan Cina
Cerita jamu di Borobudur
Salah satu bukti tertua tentang jamu bisa dilihat di Candi Borobudur candi Buddha yang termasuk dalam UNESCO World heritage yang dibangun pada abad 8 hingga 9 Masehi.
Di Candi ini tercatat ada penggunaan jamu pada salah satu relief batunya, ada gambar daun Kalpataru yaitu pohon mitologis yang kekal abadi sedang ditumbuk untuk dijadikan campuran jamu kesehatan dan kecantikan perempuan.
Jamu di era kolonial dan pendudukan Jepang
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Berapa Harga Mobil Bekas Toyota Yaris 2011? Kini Sudah di Bawah 90 Juta, Segini Pajaknya
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
Pilihan
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
Terkini
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan