Suara.com - Lembaga Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat bersama Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menolak tawaran vaksinasi ketiga Covid-19 atau booster dari Pfizer.
Kedua Badan Kesehatan itu mengatakan orang Amerika yang telah divaksinasi penuh tidak memerlukan dosis tambahan.
Menurutnya, AS beruntung memiliki vaksin yang sangat efektif dan tersedia secara luas untuk populasinya yang memenuhi syarat.
"Orang yang divaksinasi lengkap terlindungi dari penyakit parah dan kematian, termasuk dari varian yang saat ini beredar seperti Delta. Orang yang tidak divaksinasi tetap berisiko. Hampir semua rawat inap dan kematian Covid-19 termasuk di antara mereka yang tidak divaksinasi," kata pernyataan teetulis FDA dan CDC, dikutip dari Fox News.
Oleh sebab itu, mereka terus mendesak pejabat federal juga masyarakat umum yang belum menerima suntikan vaksin untuk melakukannya sesegera mungkin. Data mengenai efektivitas vaksin terhadap varian Delta, terutama pada penerima satu suntikan Johnson & Johnson, sebagian telah memicu perdebatan.
Namun, pejabat kesehatan telah menekankan bahwa individu yang divaksinasi penuh memiliki tingkat perlindungan yang tinggi. Bahwa risiko sebenarnya adalah populasi yang tidak divaksinasi.
"Orang Amerika yang telah divaksinasi lengkap tidak memerlukan suntikan booster saat ini," kata lembaga tersebut pada Kamis (8/7).
"FDA, CDC, dan NIH terlibat dalam proses ketat berbasis sains untuk mempertimbangkan apakah booster mungkin diperlukan. Proses ini memperhitungkan data laboratorium, data uji klinis, dan data kohort yang dapat mencakup data dari obat-obatan tertentu," tertulis dalam pernyataan tersebut.
"Kami terus meninjau data baru apa pun yang tersedia dan akan terus memberi informasi kepada publik. Kami siap untuk dosis booster jika dan ketika ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa mereka diperlukan," imbuh mereka.
Baca Juga: Kimia Farma Buka Vaksinasi Berbayar, Stafsus Menteri BUMN: Vaksin Gratis Tetap Jalan
Pfizer telah mengumumkan bahwa mereka akan mencari EUA untuk booster pada bulan Agustus. Dr. Mikael Dolsten, seorang eksekutif Pfizer, mengatakan bahwa data awal menunjukkan booster melihat tingkat antibodi melonjak lima hingga sepuluh kali lipat setelah dosis ketiga dibandingkan dengan dosis kedua yang diberikan beberapa bulan sebelumnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan