Suara.com - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M. Faqih menyampaikan bahwa lebih dari setengah pasien Covid-19 di Indonesia sebenarnya tidak bergejala atau hanya gejala ringan yang cukup dilakukan perawatan isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Namun, lantaran kebanyakan isoman tidak terpantau oleh tenaga medis, ditambah lagi kapasitas rumah sakit rujukan Covid-19 yang mulai penuh, sehingga pasien berpotensi alami perburukan.
"Banyak masyarakat kita, pasien covid memang mayoritas level infeksi pada level OTG atau gejala ringan. Kalau OTG itu mungkin mendekati 50 persen. Kalau ditambah dengan gejala ringan bisa sampai melebihi 50 persen atau bahkan 70 persen," kata Daeng dalam konferensi pers daring bersama Good Doctor, Kamis (22/7/2021).
Dalam strategi penanganan Covid-19, lanjut Daeng, pasien Covid-19 dengan gejala sedang, berat, dan kritislah yang diprioritaskan menjalani perawatan di rumah sakit.
Meski begitu, pasien isoman juga tidak boleh dibiarkan sendiri. Tetapi harus tetap dalam pengawasan tenaga kesehatan agar terpantau jika gejala berkembang jadi lebih berat.
"Karena itu, pendampingan ini mungkin dengan jumlah yang sangat besar jika didampingi satu persatu, di datangi ke rumah tidak mungkin dalam suasana seperti ini. Yang paling mungkin adalah dilakukan pendampingan secara telemedicine," ujar Daeng.
Salah satunya yang dilakukan Good Doctor, satu dari sebelas platform telemedicine yang digandeng Kementerian Kesehatan untuk program obat gratis bagi pasien Covid-19 yang isoman. Good Doctor juga menyediakan konsultasi dengan dokter yang tersedia 24 jam dalam 7 hari.
"Yang dilakukan oleh kawan-kawan Good Dokter, saya kira sangat strategis. Kita lihat juga sekarang kasus akan kelihatan sekali (meningkat)," kata Daeng.
Sementara itu, Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana mengatakan bahwa konsultasi virtual dengan dokter spesialis terkait Covid-19 makin meningkat hingga 6 kali lipat sejak beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Cuma Indonesia yang Tawarkan Vaksin Covid-19 Berbayar Saat Mayoritas Warga Belum Divaksin
"Artinya memang harus diakui jumlah kasus meningkat dibandingkan tahun lalu. Kedua, adopsi masyarakat Indonesia terhadap telemedicine atau platform teknologi juga sudah meningkat. Masyarakat sudah lebih nyaman untuk mendapatkan layanan akses kesehatan melalui daring," kata Danu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia