Suara.com - Penelitian oleh kelompok penasihat ilmiah (SAGE) Inggris menyebutkan bahwa virus corona Covid-19 bisa menimbulkan gabungan antar varian yang akan membuat pandemi lebih buruk.
Jika beberapa jenis virus corona Covid-19 bergabung menjadi satu varian baru, SAGE memperingatkan varian Covid-19 "super" ini bisa jauh lebih mematikan daripada varian virus corona yang sebelumnya dihadapi.
SAGE mengatakan munculnya gabungan varian Covid-19 semacam itu adalah dugaan yang realistis. Bahkan, gabungan vaksin Covid-19 nantinya mungkin akan berdampak pada tingkat kematian akibat virus corona Covid-19.
Saat ini, tingkat kematian akibat virus corona Covid-19 tetap realtif rendah atau kurang dari 5 orang pada setiap 100 orang yang tertular. Beberapa ahli pun mengatakan tingkat kematian ini bisa meningkat seiring ditemukannya gabungan antar varian Covid-19.
Tingkat kematian yang melonjak akibat varian Covid-19 gabungan nantinya itu mencerminkan wabah SARS dan MERS yang terlebih dahulu. Tingkat kematian untuk virus-virus tersebut masing-masing sekitar 10 dan 30 persen.
Dr Simon Clarke, seorang profesor mikrobiologi seluler di University of Reading, mengatakan gabungan antara dua varian virus memang sangat jarang terjadi. Tapi, Dr Simon tak memungkiri bahwa peristiwa rekombinasi varian Covid-19 itu memang bisa terjadi.
"Ada beberapa hasil potensial dari temuan ini, tapi tidak ada alasan yang membuktikan secara kuat bahwa gabungan dua varian Covid-19 nantinya lebih mematikan," kata Dr Simon dikutip dari Express.
Jika gabungan varian Covid-19 ini sama mematikannya dengan MERS dan SARS, gabungan dua varian virus ini bisa menghasilkan tingkat kematian 10 hingga 30 kali lipat dibandingkan sekarang ini.
"Hal itu belum tentu terjadi, tapi juga bukan berarti tidak akan pernah terjadi. Namun, sebagian besar perubahan akan menjadi perubahan yang jauh lebih luas atau lebih halus dalam kode genetik," jelasnya.
Baca Juga: Waspadai Bintik Hitam pada Mata, Virus Corona Covid-19 Bisa Serang Retina
Sayangnya, makalah penelitian ini hanya menganalisis tingkat kemarian virus secara alami. Penelitian ini tidak mempertimbangkan vaksin Covid-9 yang sudah menjadi kunti utama dalam mengendalikan kasus kematian serta rawat inap.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja